Mohon tunggu...
Gilang Surya Nugraha
Gilang Surya Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - jalani hidup ini dengan senyuman

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030098

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Miris, Pendidikan di Daerah Pelosok Indonesia Sangat Memprihatinkan

11 Maret 2021   13:30 Diperbarui: 11 Maret 2021   13:36 3022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan, masih menjadi salah satu masalah yang serius yang dihadapi oleh sebagian besar sekolah-sekolah di Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia jauh dari kata memuaskan. Banyak siswa Indonesia yang lebih memilih untuk ke luar negri guna mendapatkan pendidikan yang lebih baik, atau dengan menyekolahkan anaknya ke sekolah Intrnasional. Dua pilihan tadi mudah bagi masyarakat menengah ke atas dan hidup diperkotaan, lain halnya bagi siswa yang bertempat tingal di pedalaman plosok indonesia.

Sedangkan pendidikan sendiri merupakan faktor penunjang kemajuan dari suatu bangsa, tetapi di negri ini pendidikan masih sangat kurang dari kata maju. Sebaiknya unutuk menjadi negara yang maju kita harus memperbaiki terlebih dahulu pendidikan kita ini.

Bukan cuma masalah kurikulum saja yang menjadi persoalan masih banyak lagi masalah masalah yang dihadapai oleh siswa yang bertempat tingal di daerah plosok Indonesia, berikut faktor faktor yang menjadi penghambat pendidikan di daerah plosok Indonesia. Yaitu ;

1. Pandangan masyarakat terhadap pendidikan

Biasanya masyarakat daerah tertingal mempunyai pandangan bahwa pendidikan kurang begitun penting dan hanya memilih untuk menempuh pemdidikan seperlunya saja. Hal tersebut dipengaruhi oleh bebrapa faktor, seperti pendidikan orang tua yang mempengaruhi pola pikir mereka terhadap pendidikan. Banyaknya orang tua yang cuma tamatan SD atau bahkan tidak sekolah menjadi faktor yang cenderung kepada halhal tradisional dn kurang menghargai arti pentingnya pendidikan itu sendiri. Banyak juga orang tua yang beranggapan bahwa sekolah hanyalah membuang buang waktu, twnaga dan biaya yang mahal. 

Masyarakat pedalaman juga berangapan bahwa anak itu lebih ditunjukan ke hal hal yang nyata misalnya seorang laki-laki disuruh untuk berkebun dan mengolah sawah sedangkan bagi seorang perempuan lebih diajarkan untuk belajar mengurus rumah tangga biar suatu saat nanti sudah berkeluargga tidak cangung lagi

2. Jarak dari temapt tinggal kesekolah

Sarana pendidikan yang ada di suatu pedalaman tidaklah sama dengan di kota, tidaklah mudah untuk menemukan suatu sekolah dipedalaman  bisa saja disuatu kecamatan cuma ada satu sekolah saja itupun jaraknya jauh dari rumah rumah masyarakat. Jarak yang ditempuh untuk dapat sampai ke sekolah bisa sampai bepuluh puluh kilometer. Dengan jarah tempuh sejauh itu tidak ada lagi transpotasi yang tersedia untuk memudahkan masyarakat untuk mengakses pendidikan formal, jadi untuk bisa sampai ke sekolah dengan jarah sejauh itu harus di tempuh melalui jalan kaki.

Beda dengan yang kita bayangkan jalan disana sangatlah jelek, bukan cuma itu terkadang jembatan yang putus sehingga mereka harus menyebrangi sungai dengan arus airr yang besar resiko nyawa menjadi taruhanya.

3. Motifasi anak untuk sekolah

Kurangnya motifasi yang diberikan oleh orang tua ,dan cara berfikit masyarakat yang lebih memprioritaskan untuk bekerja demi menghasilkan uang mengakibatkan anak-anak berangapan bahwa pendidikan tidaklah begitu penting. Menjadikan anak-anak memilih mencari uang dari pada mengenyam pendidikan.

Lingkungan tempat tinggal juga menjadikan masyarakat sulit untuk berubah menjadi lebih maju, pengaruh yang ditimbulkan sendiri sangat besar akan terhadap anak yang sedang menempuh pendidikan. Sehingga menyebabkan anak menjadi males untuk datang ke sekolah. Tidak jarang juga dipedalaman anak kurang diperhatikan oleh orang tuanya yang sibuk dengan bekerja, menjadikan masalah khusus seperti rendahnya hasil belajat disekolah.

4. Keterlibatan anak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga

Mayoritas masyarakat dengan pekerjaan sebagai petani, keterlibatan anak untuk membantuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sudah menjadi hal yang sangat biasa terjadi dilingkungan masyarakat. Banyaknya masyarakat yang memiliki lahan yang luas lebih sering memanfaatkan tenagga kerja anaknya sendiri dari pada menyewa butuh tani untuk membantu, dengan pertimbangan lebih menghemat biaya peoduksi.

Kebudayaan seperti itu sudahlah terjalin lama dikalangan masyarakat pedalaman. Banyak juga angapan seorang yang pergi merantau atau bekerja diluar daerah sering diangap sudah kaya dan ekonomi udah mencukupi dibandingkan masyarakat yang lainya, walaupu kenyataanya tidak seperti itu. Pemikran orang tua yang seperti itu yang membuat  para orang tua tidak melanjutakan sekolah anak mereka ke jenjang yang lebi tinggi.

5. Rendahnya kualitas guru

Keberadaan guru di Indonesia amat memprihatinkan, apalagi di daerah pedalaman. Kebanyakan seorang guru belum memiliki profesionalisme untuk menjalankan tugasnya yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan pelatihan, melakukan penelitian. Bukan hanya itu sebagian besar guru dinyatakan tidak layak untuk mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri.masih banyak guru yang pendidikanya masih kurang layak untuk sebagai pengajar. Walaupun seorang guru bukanlah satu satunya faktor pengaruh penghambat pendidikan disuatu daerah pedalam.

Sudah sangat bagus sekali masih ada seorang guru yang mau mengabdi di pedalaman. Bahkan sampai muncul wacana untuk mengirimkan para pahlawan tanpan tanda jasa agar pendidikan didaerah plosok bisa setara. Tidak bisa dipungkiri bahwa sangatlah susah jadi seorang guru di pedalaman yang mungkin sampai  menaruhkan nyawanya mereka agar bisa mengabdi menjadi seorang guru. Sudah saatnya Indonesia tau gimana rasanya menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa atu guru yang berjuang membangkitkan pendidikan di pedalaman Indonesia.

Bukan hanyaitu saja yang menjadi faktor penghambat pendidikan di pedalaman, dunia pendidikan merupakan salah satu sektor yang terdampat pandemi Covid-19 sejak awal kemunculanya pada maret 2020 untuk mengatasi tertularnya virus pemerintah menerapkan bahwa proses belajar mengajar harus tidak boleh dilakukan secara tatap muka atau banyak dikenal dengan istilah luring. Sehingga proses belajar mengajar harus dilakukan secara Daring atau online, akan tetapi menjadi masalah tersendiri bagi daerah pedalaman yang disana masih sulit untuk mendapatkan sinyal. Atau bahkan masih banyak yang belum mempunyai HP ataupun laptop, sehingga akan menjadi masalah tersendiri lagi bagi masyarakat yang hidup dipedalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun