"Selamat lebaran. Mohon maaf lahir batin ya dari kami sekeluarga."
Kurang lebih seperti inilah sebuah ungkapan yang banyak diucapkan saat Hari Raya Idul Fitri. Kita menghubungi ataupun mendatangi secara langsung kerabat dan keluarga terdekat untuk meminta maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan. Memang, momen lebaran ini dikenal sebagai waktunya bermaaf-maafan, terutama untuk umat muslim.
Beberapa orang ada yang benar-benar bisa merasakan momen ini dengan kesungguhan hati meminta maaf dan memaafkan. Namun beberapa lagi justru menjadikan momen ini sebagai formalitas belaka dalam menjalani hari raya, kemudian melanjutkan hari tanpa benar-benar paham makna di dalamnya.
Karena jika kita melihat lebih dalam, Idul Fitri atau lebaran ini punya makna yang lebih luas dari sekadar maaf-maafan. Maka di tulisan inilah saya ingin membagi sedikit pandangan pribadi mengenai makna lain yang mungkin jarang kita sadari. Yuk simak di bawah ini.
MENJALIN SILATURAHMI
Yang pertama adalah menjalin silaturahmi, baik dengan kerabat atau keluarga yang bahkan sangat jauh. Banyak sekali cerita di mana baru bisa bertemu dengan keluarga dan kerabat hanya satu tahun sekali. Ini menandakan bahwa momen lebaran memang jadi waktu yang tepat untuk kembali menjalin silaturahmi yang renggang.
Tak hanya itu, dengan tradisi mengunjungi keluarga dan kerabat terdekat saat hari raya, tentunya membuat hubungan kita terhadap sesama jadi semakin baik. Kita bisa lebih tahu tentang kabar mereka dan cerita apa saja yang selama ini terlewat.
RENUNGAN UNTUK DIRI SENDIRI
Hal selanjutnya adalah menjadi bahan renungan atau intropeksi bagi diri sendiri. Coba deh kita pikir, ketika sebelum Ramadan apakah ibadah kita serajin saat berpuasa? Dengan jumlah pahala yang berkali-kali lipat memang sangat memotivasi untuk beribadah dan berbuat baik pada yang membutuhkan.
Ketika masuk ke Syawal atau Idul Fitri kita bisa merenungkan hal-hal apa saja yang sebenarnya selama ini sering kita lewatkan. Entah mungkin solat yang tepat waktu, tadarus al-qur'an, atau bersodaqoh.
Setelah Ramadan selesai, kita harus bisa membuat janji pada diri sendiri untuk tetap melakukan ibadah dan hal-hal baik itu meski tanpa pahala yang berkali-kali lipat. Di sinilah pribadi yang baru perlahan terbentuk sehingga kita bisa mengambil makna dari bulan Ramadan sebelumnya.
MELAPANGKAN HATI
Yang tak kalah penting adalah bagaimana cara kita bisa melapangkan hati. Baik untuk memberanikan diri meminta maaf ataupun menerima permintaan maaf. Justru hal inilah yang tersulit karena kadang mulut bisa santai bicara, tapi hati malah kebalikannya karena belum bisa benar-benar ikhlas.