Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sesuatu tentang Jarak

13 Agustus 2021   16:41 Diperbarui: 13 Agustus 2021   16:41 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang bisa kamu harapkan dari hubungan jarak jauh? Sebuah kekekalan? Atau sekadar penyemangat untuk menjalani hari meski itu secara virtual?

Dulu, aku berpikir hubungan seperti ini tidak berbeda jauh dengan hubungan biasa di mana kedua pasangan bisa bertemu dan berkencan kapanpun mereka mau. Dulu, aku memiliki khayal untuk terus berjuang dalam jarak yang tak dekat ini. Sampai akhirnya, pandemi datang menguji kami berdua.

Semuanya menjadi renggang, seperti waktu pertemuan kita yang sama sekali tak bisa disepakati dalam satu titik temu. Aku marah. Bukan pada laki-laki itu, tapi pada keadaan yang benar-benar memenjarakan semuanya.

Kami seperti sedang menaiki bianglala. Seakan bergerak, namun sebenarnya sama-sama tak pernah melangkah. Layaknya hubungan ini. Tidak berakhir, tapi semakin hambar pada setiap pergantian harinya.

Salah satu hal gila yang aku lakukan dalam hidup adalah nekad menemuinya, padahal kami hidup dan bekerja di pulau yang berbeda. Masalah uang juga bukan masalah. Aku masih bisa membiayai keberangkatan dan kepulanganku nanti menggunakan pesawat.

Setidaknya aku berangkat bukan tanpa persiapan dan seolah menjadi orang jahat yang keluar membawa virus. Hasil tes PCR dua hari lalu negatif, sama seperti kali sebelumnya di mana aku rutin melakukan tes. Di perjalanan hingga pesawat pun masker di wajah sama sekali tak pernah lepas.

Di puncak langit yang cerah kala itu, aku membayangkan bagaimana manisnya kebersamaan kami dulu yang mengundang senyum terlukis pada bibir ini. Namun tetap saja, tujuanku ke sana bukan sekadar membahas nostalgia, tapi membahas hubungan ini pada dua persimpangan. Berakhir, atau bisa lanjut meski tak akan bisa seperti sedia kala.

***

"Selamat atas pertunangannya, Mas Fano," kataku sembari melirik kilauan di jari manisnya.

Aku tidak sedih, juga tidak marah. Aku bahagia atas kabar baik yang dikatakannya pada pertemuan ini.

"Sudah lama aku menutup akun Instagram, sampai tidak sadar bahwa Mas akan menikah sebentar lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun