Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dear Mahasiswa, Telat Lulus Bukan Berarti Kamu Gagal Selamanya

21 Agustus 2019   15:50 Diperbarui: 24 Juni 2021   06:17 2378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dulu, ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya berpikir bahwa menjadi mahasiswa tentu akan jadi hal yang menyenangkan. Tidak perlu memakai seragam, jadwal kuliah fleksibel, juga bisa kenal dengan orang baru dari segala penjuru daerah.

Ternyata, kehidupan menjadi mahasiswa tidak seindah di televisi ataupun film. Tanggung jawab yang harus dipegang begitu besar. Baik itu terhadap akademik, organisasi, ataupun kehidupan bermasyarakat.

Impian terbesar mahasiswa tentu ingin segera lulus dengan waktu singkat serta mendapat nilai terbaik. Meski pada pelaksanaannya, hal tersebut tidak berjalan sesuai harapan. Entah itu karena harus mengulang mata kuliah, ataupun terhalang ketika membuat Tugas Akhir atau Skripsi. Bahkan memang dari beberapa kasus, ada saja dosen yang terkesan mempersulit mahasiswanya untuk maju. Tapi kembali lagi itu tergantung dari individu mahasiswanya masing-masing seperti apa.

Waktu untuk menyelesaikan pendidikan D3 adalah sekitar 3 tahun dan untuk D4/S1 adalah 4 tahun lamanya. Di sela waktu tersebut pasti ada yang bertanya "Kapan lulus? Udah sampai mana skripsinya?" dan bla bla bla. Hal ini membuat mahasiswa terdorong untuk segera menyelesaikan pendidikannya. Semakin cepat lulus, ya semakin baik, katanya.

Baca juga: Jangan Khawatir Jika Kita Telat Lulus Kuliah

Cerita Pribadi Berjuang Untuk Lulus

Saya pertama kali masuk kuliah di tahun 2013 dengan mengambil program studi Diploma IV yang mana secara normal membutuhkan waktu 4 tahun untuk lulus. Atau setidaknya di tahun 2017-lah saya lulus dan diwisuda.  Sementara itu kampus saya hanya mengadakan wisuda 1 tahun sekali. Jadi, apabila sedikit saja telat lulus dari waktu yudisium yang ditentukan, maka mau tak mau harus ikut wisuda di tahun depannya.

Saya sendiri bukan mahasiswa yang punya banyak prestasi, tapi juga bukan berarti tidak memiliki nilai akademis yang bagus. Saya pun tidak pernah ada masalah dengan nilai, dosen, apalagi absen. Benar-benar mahasiswa yang disiplin oleh aturan.

Hanya saja ketika menghadapi Tugas Akhir di semester 8, ternyata ada satu masalah yang tidak terduga. Di H-7 sidang yang mana semua draft sudah disiapkan, saya terpaksa ganti pembimbing dan mengulang semua topik TA dari nol. Benar-benar dari nol. Mulai dari judul, masalah, dan semua bab satu persatu harus diubah. Tentu tidak ada harapan untuk mengejar waktu yudisium yang benar-benar singkat.

Dunia seakan berhenti berputar, segala pikiran negatif pun datang silih berganti tanpa diundang. Hanya bisa mengurung diri di kamar dan menyesali diri kenapa harus terjadi. Dukungan dari teman-teman pun tidak cukup kuat untuk membuat saya kembali bangkit.

Saat itu saya membayangkan bahwa saya akan telat lulus, termasuk waktu wisuda yang pasti harus menunggu setahun lamanya. Mencari pekerjaan pun pasti akan semakin sulit dengan kondisi ini. Ketika teman-teman sidang pun saya tidak datang. Ketika mereka revisi bersama dosen, saya masih melaksanakan bimbingan.

Sampai akhirnya waktu wisuda tiba. Saya jadi satu-satunya orang di angkatan yang tidak bisa lulus bersama mereka. Lagi-lagi, saya tidak datang pada momen penting tersebut. Beberapa sosial media sengaja tidak saya buka agar saya bisa sedikit tenang tanpa melihat kebahagiaan teman-teman.

Sebulan lebih setelah mereka wisuda, akhirnya saya bisa melakukan sidang. Itu pun dengan waktu bimbingan yang sangat sering dilakukan setiap minggu. Saya dinyatakan lulus pada bulan November 2017 dengan menyelesaikan semua urusan akademik. Beberapa teman pun datang ketika saya sidang.

Baca juga: Seni Menulis Skripsi

Hal yang tidak disangka adalah ketika saya iseng datang ke Jobfair dan melamar ke salah satu perusahaan perbankan swasta. Saya sempat melakukan interview dan beberapa tes sampai akhirnya resmi diterima meski dalam kondisi belum ada ijazah dan hanya mengandalkan SKL. Awal bulan Desember 2017 menjadi hari pertama saya efektif bekerja.

Sampai beberapa bulan saya bekerja, saya baru tahu bahwa beberapa teman saya yang diwisuda kemarin ternyata ada yang belum bekerja dan sering menanyakan pada saya sedang ada lowongan atau tidak. Dari situ saya sadar bahwa ternyata ada hal lain yang dipersiapkan Tuhan untuk hidup. Meski saya memang telat lulus,tapi setidaknya saya bisa segera menemukan pekerjaan yang juga pas pada bidang saya.

Hingga akhirnya pada September 2018 lalu, saya resmi di wisuda dan menjadi satu-satunya angkatan 2013 yang di wisuda di angkatan saya. Sedangkan yang lain adalah angkatan 2014 dan 2015. Saat itu pun tentunya saya mengurus biaya wisuda dengan uang sendiri dan bukan lagi dari orang tua.

Berikut adalah sedikit potret ketika saya wisuda.

Momen wisuda bersama keluarga (dokpri-2018)
Momen wisuda bersama keluarga (dokpri-2018)

Bersama rekan kerja (dokpri-2018)
Bersama rekan kerja (dokpri-2018)

Bersama teman kuliah (dokpri-2018)
Bersama teman kuliah (dokpri-2018)

Telat Lulus Bukan Berarti Gagal Selamanya

Jika kamu berpikir karena telat lulus berarti kamu gagal, mungkin kamu memang benar. Kamu gagal pada saat itu karena tidak bisa mencapai target yang akhirnya menyebabkan kecewa pada diri sendiri bahkan beberapa orang terdekat. Tidak ada yang salah dengan menyesali keadaan, tapi bukan berarti kamu bisa terus terlarut di dalamnya.

Ketika kita dipersulit oleh satu keadaan, maka percayalah akan ada keadaan lain yang lebih baik. Bisa saja ketika urusan lulus dipersulit, namun ketika urusan pekerjaan jadi dimudahkan, ataupun sebaliknya. Semua kembali pada individu masing-masing untuk terus berusaha dan berdoa.

Baca juga: Tugas dari Dosen Membuat Mahasiswa Stres, Ini Cara Pencegahannya!

Lulus tepat waktu memang menjadi impian semua mahasiswa, tapi lulus di waktu yang tepat saya rasa menjadi sesuatu yang lebih baik. Tidak terlalu dipaksa, diburu-buru, serta juga tidak dibuat terlalu lama. Biarlah semua berjalan sebagaimana mestinya. Mau itu 3 tahu, 4 tahun, bahkan 5 tahun sekalipun. Tidak harus pasrah juga, tapi tetap berusaha sebaik mungkin. Karena apapun hasilnya, itulah yang terbaik untuk diri kita.

Ketika memasuki dunia bekerja pun, tanggung jawab yang harus dipegang tentu lebih besar dibanding ketika menjadi mahasiswa. Dan pada tahap mahasiswa inilah kita dilatih mental untuk menghadapi pekerjaan nanti. Jika merasa bahwa memiliki dosen (pembimbing) yang menyebalkan ataupun menyulitkan, di dunia kerja nanti contoh-contoh seperti ini pasti akan ditemui kembali. Tinggal bagaimana cara kita bertahan dan menghadapinya.

So, untuk mahasiswa yang saat ini sedang berjuang dengan urusan Skripsi ataupun Tugas Akhirnya, tetap semangat ya. Percayalah, lelah kalian sekarang akan jadi hal yang begitu indah ketika ini sudah selesai. Selalu pikirkan juga motivasi kalian, seperti keluarga, teman, bahkan kekasih.

Akhir kata, semoga cerita pribadi ini bisa bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Terima kasih sudah mampir :)

-M. Gilang Riyadi, 2019-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun