Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Just Friends, with Benefit

20 Agustus 2019   11:42 Diperbarui: 20 Agustus 2019   16:36 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by kapanlagi.com

Tara -- 13:30

Pesan dari kakak sulungku siang tadi seakan membuat dunia berhenti sejenak. Aku langsung mencari tiket kereta ke Tasikmalaya untuk pulang menemui keluarga besar. Dan tiketnya baru aku bisa dapatkan untuk keberangkatan besok Subuh. Aku tidak tenang. Malam itu aku mondar-mandir tidak jelas memikirkan kondisi Mama.

Jarak ke stasiun cukup jauh, sementara itu kondisi menyulitkanku untuk pergi ke sana. Nidia yang kuhubungi tengah malam tidak bisa membantu banyak selain doa karena ia pun sedang ada di luar kota. Arga bukan jadi pilihan utama. Maka Fajar menjadi satu-satunya orang yang bisa kuandalkan.

Dia datang jam empat subuh, satu jam sebelum keberangkatan kereta. Ia sengaja datang menggunakan motor matic besarnya agar mobilitas di jalan bisa lebih cepat. Tak lupa juga ia membawakan jaket tebal agar aku tidak kedinginan.

"Salam buat keluarga di sana ya, Mba, terutama Mama. Semoga beliau bisa cepat sembuh," kata Fajar mendoakan ketika kami sampai di parkiran stasiun.

"Makasih banyak ya, Jar," jawabku yang kemudian secara refleks memeluknya.

***

Usia Mama sudah memasuki kepala enam. Tidak heran sebenarnya ia keluar masuk rumah sakit karena kondisi tubuhnya yang semakin menurun. Riwayat penyakit diabetesnya pun menjadi alasan utama kenapa Mama kali ini dirawat kembali.

Faktor kelelahan, itulah yang dikatakan Kak Tara begitu aku sampai di rumah sakit dan menanyakan kondisi Mama. Sekarang pun kondisi Mama pun sudah cukup membaik dan butuh waktu beberapa hari lagi untuk istirahat di rumah sakit.

"Cepet cari jodoh, Neng. Umur kamu kan udah mau 30," kata Mama tiba-tiba dengan logat sundanya yang kental. Aku tidak kaget sebenarnya, karena setiap ada pertemuan, urusan jodoh adalah topik menarik untuk dibicarakan oleh keluargaku.

"Belum ada yang cocok, Ma. Paling itu alasan Talisa." Kakak keduaku yang sedang hamil anak keduanya, Tania, menyambar ucapan Mama yang belum sempat dijawab olehku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun