"Kalau kamu pulang ke sini, harus langsung kabarin aku."
"Iya, Mar, siap. Kamu juga jangan lupa main ke Yogya ya nanti."
"Meski kamu ngambil jurusan ekonomi di sana, jangan berhenti untuk menggambar, ya." Sekali lagi Marlo memberi saran.
"Siap, bos!"
"Kapan kamu berangkat ke sana?"
"Lusa."
Keduanya sama-sama menciptakan jeda dan kebingungan harus mencari topik apa lagi untuk dibicarakan. Sebenarnya, masih ada satu hal yang ingin Marlo sampaikan, tapi rasanya terlalu sulit. Lidahnya seakan membeku tidak bisa berkata apa-apa, padahal detak jantungnya sudah berdetak lebih kencang.
Ayla pikir sudah tidak ada lagi yang perlu dibahas untuk malam ini. Maka, dia pamit untuk masuk kembali ke tengah ruangan bersama teman-teman yang lain. Namun, Marlo langsung mencegahnya.
"I wanna ask you something," ucap Marlo pelan menatap tajam mata Ayla.
"What?"
"Ini cuma sekadar pertanyaan. Kalau... seandainya ada yang berubah dari persahabatan kita gimana?"