Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Apakah Penting Menghabiskan Banyak Uang Demi Bimbel Anak?

9 September 2017   17:03 Diperbarui: 13 April 2019   10:00 7067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by prelo.co.id

Anak sekolah sudah memasuki tahun ajaran baru sekitar pertengan bulan Juli lalu. Biasanya sih untuk siswa kelas VI, IX, dan XII akan mulai mendaftarkan diri di tempat bimbingan belajar (Bimbel) sebagai sarana persiapan dini menjelang Ujian Nasional. Tidak hanya itu, tentunya Bimbel pun dijadikan sebuah jembatan oleh orang tua untuk meningkatkan prestasi anaknya di kelas.

Beberapa tempat Bimbel pun memasang tarif berbeda yang dibagi menjadi beberapa 'kasta'. Ada yang tarifnya terjangkau dengan kapasitas siswa yang cukup banyak dalam satu kelas. Ada juga yang isi kelasnya lebih sedikit tapi dengan biaya yang justru lebih tinggi. Intinya, semakin sedikit jumlah siswa di kelas ya harganya semakin mahal.

Terakhir saya tahu di tahun 2012 ketika memasuki kelas XII (3 SMA), ada satu tempat bimbel yang memasang tarif hingga puluhan juta dengan beberapa fasilitas yang tak kalah hebat. Mulai dari siswa yang hanya berjumlah <10/kelas, diberi makanan ringan agar siswa tidak cepat merasa bosan, hingga jadwal belajar yang lebih padat dibanding kelas biasa. Wow, that's fantastic.

Sesekali saya melihat perdebatan antar orang tua siswa dalam menanggapi hal ini. Ada yang mengatakan 'Ngapain sih buang duit banyak-banyak? Hasilnya juga ditentukan sama kemampuan anak itu sendiri' atau juga seperti 'Bimbel itu penting lah biar nilai Ujian Nasional anak nanti bagus, jadi bisa nerusin ke sekolah yang nggak kalah bagus'

Well, well, well, saya yakin banyak dari Kompasianer yang sudah berkeluarga, memiliki anak, atau mungkin saat ini sedang ada di posisi 'tingkat akhir anak sekolahan'. That's up to you untuk mendaftarkan anak ke tempat bimbel atau tidak. Toh setiap orang punya argumen masing-masing demi kebaikan anaknya. But, let me tell you a little information. Hmm... mungkin bisa dibilang ini hanya sekadar curhatan masa lalu saya, sih.

Pengalaman Pribadi

Sejak SD sampai SMA saya tidak pernah mengikuti kegiatan bimbingan belajar seperti teman-teman yang lain. Ketika berapa teman bertanya, "Bimbel dimana, Gil?" Saya hanya menjawab, "Nggak, aku nggak bimbel". Ya, itu terjadi sebanyak 3 kali. Kelas 6, kelas 9 dan kelas 12. Alasannya kenapa? Faktor ekonomi keluarga, kah? Maybe yes, maybe no. Intinya, uang bimbel itu lebih berguna jika digunakan untuk kepentingan yang lebih primer.

Sempat minder karena sekitar 70% teman sekelas mengikuti bimbel. Dan saya hanya bisa belajar untuk Ujian Nasional seorang diri melalui buku-buku yang ada, atau ya mengandalkan pemantapan yang diadakan pihak sekolah.

Ketika lulus SD, saya mendapatkan nilai Ujian Nasional yang cukup bagus sampai bisa masuk ke SMP Negeri favorit no 2 di kota. Lulus SMP nilai UN saya tidak terlalu bisa diandalkan karena hanya berada di batas rata-rata nilai 7.5. Tapi untungnya saya bisa masuk ke SMA favorit (saat itu berstatus RSBI) yang jalur masuknya lewat tes (jadi bukan dari nilai UN).

Terakhir adalah SMA. Saya tetap nggak bimbel kok. Tapi nilai UN saya masih bisa dibanggakan. Lalu sekarang pun bisa kuliah di Politeknik Negeri melalui jalur tes. Dan sekali lagi saya jelaskan, itu semua dilakukan dengan kemampuan saya sendiri. Bahkan sejak SD sampai SMA saya sama sekali tidak pernah memakai 'kunci jawaban'(UN) yang begitu menyebar luas di kalangan siswa. Jujur, berdoa, serta usaha rasanya lebih baik.

Siswa Bimbel VS Non-Bimbel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun