Mohon tunggu...
Gilang Rahmawati
Gilang Rahmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari menjadi kuli tinta.

*** silahkan tinggalkan pesan *** ** http://www.kompasiana.com/the.lion ** #GeeR

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerita untuk Anak] Pasukan Luar Sarang

20 Januari 2020   15:05 Diperbarui: 20 Januari 2020   15:11 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gilang Rahmawati

Di bawah pohon ketapang, hiduplah gerombolan semut hitam. Dari gerombolan semut hitam ini mereka punya tugas masing-masing. Ada yang menjaga sarang, membuat tumpukan batu, menjaga bayi-bayi semut hingga tugas keluar sarang mencari makan.

Untuk mendapat tugas keluar sarang, semut hitam harus melalui berbagai seleksi terlebih dahulu. Ini penting karena di luar sarang nanti akan bertemu berbagai mangsa.

"Kita tidak pernah tahu apakah kita bisa bertahan hidup apa tidak," begitu kata Jendral di hadapan ratusan semut hitam muda.

Jendral ini pemimpin pasukan luar sarang. Jendral yang melatih dan memilih siapa yang pantas untuk mencari makan di luar sarang. Untuk masuk dalam pasukan ini menunggu ada pengumuman. Nanti diperdengarkan di lapangan.

Dua hari lagi akan diperdengarkan pengumuman tersebut. Semut-semut hitam muda sibuk mempersiapkan diri. Termasuk Rey.

Rey sangat bersemangat untuk bergabung dengan pasukan luar sarang. Dengan bergabung, Rey akan membuktikan kalau ia pantas untuk mendapatkan tugas berat tersebut. Selama ini, Rey hanya mendapat tugas yang ringan. Mengatur batu, membersihkan perkakas dapur hingga menyiram bunga.

"Pekerjaan semut betina," ketus Rey dalam hati sambil membersihkan perkakas dapur.

Suatu hari, Rey mendengar percakapan kepala petugas dapur. Mereka sedang membicarakan tentang dirinya. "Cocok saja dia ditugaskan di bagian yang ringan-ringan. Lihat badannya begitu kecil. Kasihan kalau dapat tugas yang berat. Ah, apalagi dapat tugas keluar sarang," ucap salah satu petugas dapur.

Hati Rey rasanya ingin meledak. Rey kesal. Sejak saat itulah, Rey berlatih sendirian.

Hari pengumuman itu pun tiba. Rey bergegas lari ke lapangan. Ditinggalkannya bunga dan alat penyiram di pinggir jendela. "Hei, Rey! Ini belum selesai!" teriak salah satu petugas dapur. Rey tidak menoleh sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun