Mohon tunggu...
Gilang Nugraha
Gilang Nugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Jr. Content Writer

untuk mendukung silahkan donasi di https://saweria.co/Gilangn isi konten Harian

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

5 Alasan Mengapa MPL Franchise League Harus Segera Berhenti

22 April 2022   19:00 Diperbarui: 22 April 2022   19:07 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
E-Sport. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jamie McInall

MPL ( Mobile Legends Pro League) sudah berjalan di pertengahan turnamen dimana para tim g sudah menjalani regular season akhirnya ditentukan untuk bertarung di sesi knockout atau yang disebut babak playoff  , mirisnya hal yang tidak terduga terjadi di pertarungan babak pertama playoff yaitu pertandingan antara Alter Ego melawan Evos Legends yang pada akhir pertandingan dimenangkan oleh Evos Legends dengan skor 2-1 masalahnya karena babak tersebut adalah babak lower bracket maka yang kalah dari pertandingan harus tersingkir dari kompetisi 6 bulanan tersebut.

Namun yang menarik adalah ketika seorang Offlaner dari tim Alter Ego yaitu Pai mengalami lag dalam game sehingga menjadi salah satu faktor yang didebatkan di dalam game. Hal ini sesungguhnya sangat memalukan bagi turnamen dengan biaya pendaftaran di Indonesia yakni 15 Miliar Rupiah tersebut.

Dari saya menulis tentang sebuah liga franchise pada tulisan yang lalu, dimana sebuah franchise yang dijalankan haruslah mempunyai kiblat yang benar agar tidak membosankan dan juga berumur panjang berbeda dengan sekarang saya yang dahulu mengisi waktu luang untuk menyaksikan aksi-aksi menarik dari para atlet profesional esport di ajang MPL ini seolah-olah mulai muak dengan hal yang selalu berulang-ulang maksudnya bukan dengan skill para pemain yang bukan dipertanyakan tapi seolah-olah liga ini memiliki istilah "liga tani" dimana para tim-tim dengan finansial kuat setidaknya akan sangat mudah diprediksi akan mendapatkan tempat di Playoff sementara Geek Fam sebagai tim yang langganan tidak  lolos ke Playoff lambat laun akan menjadi tim yang akan menghilang bahkan santer kabar bahwa Geek Fam akan menjual slot MPL nya di musim depan hal yang sangat menyedihkan karena menurut penulis performa tim Geek Fam pada tiap musimnya berkembang hanya saja tidak adanya Regulasi yang tegas dalam urusan transfer pemain maka ke tidak seimbangan dalam Francise league ini makin terasa, berbeda dengan NBA dimana rata-rata 1 tim diperkuat oleh 2-3 orang yang jago dengan gaji tinggi dan hal ini disebut dengan sebuah salary caps. Dilakukan agar satu tim tidak selalu mendominasi liga franchise tersebut.. Karena pada dasarnya franchise adalah waralaba dimana semua tim harus memiliki keuntungan dan kesempatan yang sama besarnya.

Selain hal tersebut ini beberapa alasan mengapa franchise league harus berhenti dan mengganti konsep franchise itu sendiri:

  1. Closed Qualifier 

Kita tahu bahwa komunitas mobile legends adalah salah satu komunitas game online terbesar di Indonesia namun karena adanya franchise ini para pemain sebanyak itu seolah-olah tidak mempunyai tempat untuk mengadu skillnya secara kompetitif di turnamen resmi yang diadakan oleh Moonton sendiri. Dan karena hal tersebut juga potensi kejutan dalam turnamen mungkin ada tapi tidak akan ada cerita David vs Goliath dimana di turnamen game lain yang memiliki open qualifier kadang ada tim unggulan yang membuat kejutan , hal seperti ini juga sebenarnya pernah terjadi di MPL sebelum Franchise league di S3 dimana pada saat itu REVO yang diunggulkan dan diperkuat pemain jago seperti Emperor, Donkey, Fabiens,Eiduart, dan Wann gagal untuk masuk ke musim reguler

  1. Minim Bintang Baru 

Karena pemain-pemain selama 3-4 season yang lalu adalah orang yang masih sama di dalam tim yang sama maka tidak lagi ada idola baru yang bisa kita kagumi bahkan pendatang baru seperti ferxic, aether , sanz sudah di prediksi akan menjadi kejutan bahkan oleh para pemainnya maka pemain pemain seperti xinn ,jeel , dan seluruh pemain Nxl pada season satu yang mengejutkan banyak pihak sangat amat jarang terjadi

  1. Semakin repetitif

Sampai saat ini semua tim seolah-olah bermain mengandalkan strategi yang sama karena melakukan Scrim atau latihan sparing antar tim dengan tim yang itu-itu saja maka tidak lagi ada tim yang "bar-bar" seperti evos pada season 1 dan 3 dahulu , BTR di season 1 yang menempatkan 3 hero di satu lane. Atau pemain rajanya comeback seperti Louvre di Season 3 dimana mereka sangat bermain pasif dan memiliki war yang rapi dan selalu menang dari posisi tertinggal terlebih dahulu. Dengan hanya adanya 8 tim yang selalu sama di setiap seasonnya maka gameplay yang ditawarkan pun hampir selalu sama yg berbeda hanyalah draft hero yang di buff dan nerf

  1. Fans yang stagnan

Memang beberapa kali siaran MPL ini menjadi rekor baru dengan jumlah penonton terbanyak yang menonton siaran turnamen sebuah game meski begitu opsi yang diberikan oleh Closed League ini tidak begitu banyak maka mungkin saja seperti fans yang sudah tau tim yang didukungnya sampai di posisi mana akan melewatkan beberapa pertandingan.

  1. Beban tuntutan kesempurnaan MPL

Karena satu slot MPL berharga seharga 15 M per satu tim maka dari itu MPL dan pihak penyelenggara dituntut untuk mempersiapkan Turnamen itu tanpa kecacatan. Tidak hanya dari pihak peserta namun juga hal yang sama akan datang dari para penontonnya maka dari itu selagi bisa, penulis menyarankan ide secara gratis untuk mengganti format secepatnya dengan konsep kualifikasi terbuka dimana nantinya sponsor yang masuk akan lebih banyak lagi karena keikutsertaan yang lebih banyak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun