Mohon tunggu...
Gilang Nugraha
Gilang Nugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Jr. Content Writer

untuk mendukung silahkan donasi di https://saweria.co/Gilangn isi konten Harian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Investasi dalam Sepakbola di Antara Bisnis, Politik, dan Hobi

26 Agustus 2021   11:00 Diperbarui: 26 Agustus 2021   11:03 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada beberapa bulan terakhir Bisnis sepakbola menjadi primadona di media-media dengan banyaknya figur yang mulai merambah dan membeli klub-klub sepakbola Indonesia, Raffi Ahmad yang membeli klub asal Cilegon United yang kemudian berganti nama menjadi Rans Cilegon. 

Kemudian Atta Halilintar yang membeli PSG Pati yang kemudian berganti menjadi AHHA PS Pati , Gading Marten yang membeli Persikota Tangerang, dan juga Kaesang yang membeli Persis Solo. 

Namun dalam beberapa waktu terakhir Raffi yang menjadi orang pertama yang mempopulerkan hal ini mulai mengeluh tentang biaya yang dirinya harus keluarkan.

Pada dasarnya membeli sebuah klub sepakbola menurut pengacara Roman Abramovich (pemilik chelsea) adalah bisnis yang tidak terlalu menguntungkan dimana klien nya tersebut seringkali merugi dalam menangani timnya tersebut. 

Namun karena dirinya adalah seseorang yang mencintai sepakbola maka dirinya sama sekali tidak memikirkan hal tersebut. Terbukti Chelsea adalah tim yang seringkali mengganti pelatih. 

Hal itu dikarenakan dirinya ( Abramovich) adalah pemilik yang seringkali memperhatikan timnya dan hampir setiap pertandingan selalu hadir maka dari itu tidak aneh apabila hingga sekarang Chelsea menjadi tim yang paling sering mengganti pelatihnya dibandingkan tim lain.

Namun jika memang bisnis klub sepakbola ini tidak memberikan banyak keuntungan mengapa masih banyak pebisnis yang membeli klub sepakbola tersebut?

Menurut reporter Inggris di media The athletic hal tersebut terbagi menjadi beberapa elemen dan faktor mengapa seseorang menjadi pemilik tim sepakbola:

Political Investment ( Investasi Politik):

Di Luar negeri tim sepakbola kerap kali dijadikan sebagai alat politik dimana untuk mendapatkan suara di pemilihan politik tim sepakbola yang memiliki banyak peminat dijadikan alat untuk meningkatkan elektabilitas dirinya dan mendapatkan simpati dari beberapa fans sepakbola dengan anggapan apabila seseorang yang memiliki tim tersebut menjadi pemimpin di suatu negara maka concern orang tersebut akan lebih condong ke sepakbola dan sepakbola mereka bisa menjadi lebih baik.

Contoh nya adalah Silvio Berlusconi yang memiliki Klub Ac Milan dari 1986 hingga 2017 bahkan ketika dirinya pernah menjabat PM Italia dirinya tidak serta melepas asal Milan tersebut. Florentino Perez : Presiden Real Madrid yang satu ini pun sebenarnya pernah angkat bicara bahwa dirinya memiliki langkah selanjutnya untuk masuk ke kancah politik di Spanyol

Geopolitical Investment:

Untuk yang satu ini biasanya pemerintah negara tertentu memang memberi modal tambahan kepada seorang pebisnis untuk membeli klub di Eropa agar keberadaan negara mereka disadari oleh negara-negara yang berada di suatu benua contohnya adalah pemilik Inter Milan sekarang yaitu Steven Zhang yang memiliki Suning Holding Grup saat membeli saham seluruhnya dari Pengusaha asal Indonesia yaitu Erick Thohir. 

Dan juga pemilik PSG dan Manchester city yaitu Sheikh Mansour dan Nasser Al Khaefi sebagai pemilik Qatar Sport Investment yang berjangka panjang untuk mengkampanyekan Piala Dunia 2022 di Qatar

Bisnis :
Biasanya seorang Investor asal Amerika membeli suatu klub sepakbola semata - mata ingin mendapatkan keuntungan tidak terlalu peduli dengan prestasi sebuah klub asalkan pemasukan kepada dirinya melalui klub bisa mendapatkan keuntungan dan pintarnya beberapa investor Amerika ini mengetahui beberapa tim yang memiliki harga jual yang tinggi seperti: 

Glazers family yang membeli Manchester United menggunakan hutang dan kemudian membebankan hutang tersebut kedalam hutang klub hal ini juga salah satu alasan mengapa hingga sekarang pemilik yang satu ini seringkali di demo oleh fans lokal asal Manchester sana.

Hobi :
Ada juga beberapa investor klub yang membeli tim sepakbola ini karena semata-mata mencintai olahraga ini yang kadang berani merugi demi tim yang dirinya miliki, tak melihat dari sisi keuangan namun pemilik bertipe seperti ini juga seringkali lebih ingin melihat tim yang dimilikinya memiliki banyak prestasi: 

Contohnya seperti Roman Abramovich yang memiliki Saham terbesar di tim London Biru Chelsea tak heran hubungan antara fans dengan pemilik berlangsung sangat baik

Local Ownership:
Beberapa dari tim memiliki pemilik yang berasal dari kota asal tim tersebut bahkan di liga Jerman diterapkan sistem 50+1 dimana pemilik profesional boleh memiliki saham dan satu persennya dimiliki investor non profit yang berasal dari fans lokal tim tersebut. 

Aturan ini diberlakukan biasanya agar pemilik klub tidak semena-mena dalam melakukan suatu perubahan untuk tim yang dibelinya tersebut hal ini juga dilakukan agar posisi tawar suatu fans tidak hilang dalam pengambilan keputusan yang akan dilakukan .

Ya tim sepakbola adalah hal yang dianggap spiritual oleh beberapa orang di Eropa dan juga di belahan dunia lain, dimana sangat sulit untuk berpindah tim yang kita sukai dan ikatan emosional antara fans bola dan tim kesukaan sangat sulit diregangkan seburuk apapun keadaan yang sedang dialami tim tersebut. 

Karena pada akhirnya membeli tim sepakbola seperti anda membeli lukisan monalisa tidak menguntungkan tapi akan dianggap keren oleh orang sekitar anda

(sumber : podcast retropus)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun