Mohon tunggu...
Gilang Nugraha
Gilang Nugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Jr. Content Writer

untuk mendukung silahkan donasi di https://saweria.co/Gilangn isi konten Harian

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Repetitifnya Kompetisi Lokal E-Sport yang Sebanding dengan Gagalnya Indonesia Meraih Gelar International

16 Juni 2021   06:57 Diperbarui: 16 Juni 2021   07:16 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
E-Sport. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jamie McInall

Dua perwakilan Indonesia dalam kompetisi esport terbesar di asia tenggara MSC Evos dan Bigetron atau yang kita kenal Bigetron Esport gagal membawa gelar juara ke tanah Indonesia , kompetisi yang memainkan game yang paling banyak ditonton Indonesia yaitu Mobile Legends dalam dua tahun terakhir ini dalam kompetisi internasional tampaknya menjadi hal yang sulit lagi diraih oleh tim Indonesia.

Padahal dalam voting beberapa di dalam game itu sendiri tim Indonesia selalu diandalkan untuk membawa pulang piala dengan basis dunia M2 dan juga asia tenggara yaitu MSC 2021 sayangnya dominasi tim asal indonesia telah dipatahkan oleh beberapa tim yang berasal dari filipina bahkan kedua tim yang menjadi andalan Indonesia untuk meraih posisi pertama dalam kompetisi ini yaitu RRQ dan Evos hanya mampu meraih posisi ke 3 dalam kompetisi ini.

Pertanyaan mungkin muncul pada pecinta hiburan dari game ini mengapa tim Indonesia yang selalu diandalkan justru gagal secara 2 tahun beruntun di kedua kompetisi ini, jawaban yang paling logis adalah kompetisi lokal yang terbilang repetitif dan bisa dibilang didominasi oleh beberapa tim saja, mengapa hal ini bisa terjadi ? 

Setelah season 4 Moonton sebagai developer sekaligus penyelenggara dari MPL Indonesia mulai mengubah format kompetisi di Indonesia dimana sebelumnya setiap tim diharuskan menempuh format playoff agar bisa masuk ke dalam kompetisi tertinggi dari Mobile Legends ini ke arah Franchise league dimana hanya beberapa tim saja yang bisa bermain dengan cara membayarkan sejumlah investasi seharga 15 miliar rupiah.

Dalam hal bisnis memang hal ini sangat menguntungkan untuk beberapa tim tersebut namun begitu dalam hal franchise ini nampaknya moonton belum banyak belajar dari penyelenggara franchise tersukses di dunia yakni NBA dimana kesalah terbesar dalam menyelenggarakan kompetisi ini adalah tim kedua teratas tadi bisa memonopoli liga dibawah MPL yakni MDL dimana berisi pemain potensial yang seharusnya posisi terbawah dalam MPL mempunyai hak untuk membawa pemain di divisi kedua, seperti halnya NBA draft dimana tim-tim yang sebelumnya memiliki musim yang buruk dalam kompetisi yang mereka jalani bisa berbenah dengan merekrut pemain potensial di divisi kedua bedanya dalam kompetisi NBA mereka malahan merekrut pemain yang berada di bangku kuliah untuk dijadikan pemain pro seutuhnya.

Ya aroma persaingan dalam MPL pun mulai terasa repetitif dimana transfer yang dilakukan oleh tim besar malahan memakai sistem transfer buy-out contract dimana pemain yang memiliki kontrak bersama tim lain bisa dibeli yang pada dasarnya sistem ini justru digunakan pada format liga terbuka dimana regulasi nya adalah setiap tim yang memiliki peringkat terbawah akan terdegradasi.

Akibat yang akan ditimbulkan dari sistem closed league ini akan sangat fatal apabila Indonesia tidak bisa bersaing di kompetisi Internasional , karena pada pasalnya tidak adalagi keinginan para penonton kompetisi esport untuk mendukung tim Indonesia di kompetisi tingkat dunia karena kemunduran dan pelemahan yang dirasakan oleh para pemain pro, bahkan beberapa pemain pro di Indonesia pun mulai mengeluhkan sebuah prize pool (hadiah) pemenang kompetisi yang tidak kalah jauh dari kompetisi dalam negeri.

Cepat atau lambat moonton harus berbenah akan sistem ini karena apabila tidak , kemungkinan terburuknya adalah berkurangnya jumlah partisipan komunitas yang tertarik untuk memainkan game Mobile Legends tersebut dan yang paling tidak diinginkannya lagi adalah matinya kompetisi dalam negeri yaitu MPL yang akan mematikan karir sejumlah pemain pro yang berlaga di kompetisi tersebut.

Justru filipina sebagai negara terkuat dan pemenang MSC dan M2 baru mau memulai franchise league MPL mereka pada tahun depan  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun