MPL adalah Major Pro League yang dibuat oleh Moonton dimana menjadi turnamen terbesar dan tertinggi yang mempertandingkan Mobile Legends, sampai saat ini terbilang MPL menjadi suatu turnamen esport tersukses di Indonesia dengan terselenggaranya 6 season sampai saat ini secara marathon dimana penyelenggaraan MPL dilakukan 2 season dalam satu tahun.
Uniknya pada penyelenggaraan saat ini dari season ke 4 sampai 6 mengadaptasi sistem Franchise League dimana beberapa tim memiliki syarat salah satunya dengan membayar slot seharga 15 miliar rupiah, berbeda dengan sistem MPL season 1 sampai 3 dimana pada saat itu menganut sistem qualifier dimana tim yang ingin berlaga harus melewati beberapa proses sampai akhirnya bisa berlaga di ajang tertinggi yaitu MPL itu sendiri.
Pada dasarnya Franchise League bukanlah hal baru yang diadaptasi di turnamen kompetitif esport , hal ini sudah diadaptasi sebelumnya di game yang sama bergenre MOBA yaitu league of legends , namun pada kenyataanya sistem ini sulit diterima oleh para komunitas game dimana franchise league ala league of legends kalah populer dengan turnamen Dota 2 yaitu The International
Franchise League pada dasarnya sudah diadaptasi oleh olahraga lain yaitu NBA sebagai sebuah franchise league tersukses di dunia namun sayangnya kompetitif esport tidak sepenuhnya menganut sistem yang sama dengan NBA itu sendiri, seperti contohnya kebijakan transfer yang berbeda dimana di NBA dengan sangat cerdas mengadaptasi sistem
Salary Cap agar bisa kompetitif
Apa salary cap itu salary cap? Salary cap adalah batasan gaji setiap tim dimana harus diikuti oleh para peserta kompetisi sesuai dengan minat suatu daerah dimana tim itu berada. Hal ini dilakukan agar menjaga kompetisi agar tetap kompetitif, namun karena belum mewakilinya tim esport ke suatu daerah maka moonton harus mendata suatu tim dari jumlah fans yang dimiliki oleh para peserta MPL tersebut.
Yang kedua adalah sistem trade player yang belum dilakukan oleh kompetisi franchise league di esport, dimana ada kesalah pahaman dimana kebanyakan peserta franchise league MPL membeli kontrak pemain dari tim penjual seperti sepakbola yang justru menggunakan sistem promosi dan degradasi berbeda dengan trade yang di lakukan di NBA dimana kebanyakan tim bersepakat untuk melakukan pertukaran pemain yang memiliki skill dan gaji yang sama besar entah satu dan satu pemain atau 2 pemain ditukar dengan satu pemain dengan jumlah gaji yang sama besar dengan kuota batasan seberapa maksimal satu tim memiliki pemain.
Pemanfaatan draft juga kadang timpang pada satu atau dua tim yang besar, kita tahu bahwa MPL memiliki development league yaitu MDL Â namun sayangnya beberapa potensi seringkali di monopoli oleh beberapa tim yang memiliki slot baik di MPL dan MDL seperti contohnya Albert di RRQ dimana yang pada saat itu Albert berada di MDL di RRQ SENA dengan otomatis langsung di promosikan ke RRQ Hoshi di MPL. seharusnya pada mahzab Franchise League tersukses di dunia dimana NBA memiliki suatu development league yang di mainkan oleh beberapa universitas di amerika sebagai penyuplai pemain-pemain potensial dan calon bintang-bintang baruÂ
dimana nantinya sebuah tim yang pada suatu season memiliki posisi juru kunci nanti memiliki draft atau bisa memilih potensi pemain yang menjanjikan untuk menambal kekurangan pada season sebelumnya agar bisa memiliki persentasi yang lebih besar untuk menjuarai kompetisi selanjutnya,
Seperti misalnya di MPL Franchise League dimana Geek Fam belum pernah lolos ke babak playoff harusnya memiliki slot draft pertama untuk mengontrak pemain potensial dari MDL agar skuadnya bisa lebih kuat dan bisa lebih kompetitif, dan MDL bukan menjadi ajang monopoli hanya untuk tim besar di Indonesia.
Ya agaknya Moonton harus lebih belajar banyak kepada NBA bagaimana seharusnya Franchise League di kelola agar tidak terasa repetitif dan mengurangi minat dari para penontonnya, dimana nantinya hanya beberapa tim saja yang bisa bersaing untuk menjuarai MPL tersebut.