Saya sempat berbincang dengan pemuda yang bersemangat mengembangkan dan menularkan metode tanam hidroponik. Tak hanya ke kaum urban yang rindu berkebun, melainkan juga kepada para petani sederhana yang masih asing dengan metode ini. Saya juga sempat mengupas kisah tentang petani muda yang banting setir dari dunia industri atas kesadaran sendiri dan berhasil menjadi petani yang mandiri. Bahkan belum lama ini saya berbincang banyak dengan pemuda lainnya yang dengan penuh optimisme tengah merancang sistem pertanian dan peternakan organik yang terintegrasi di wilayah Sleman, Daerah istimewa Yogyakarta.
Upaya ini tak dilakukannya sendiri. Dia menyebut ada kelompok lain yang bergerak dengan semangat yang sama. Tujuan utamanya adalah meminimalisasi buangan limbah pertanian dan memaksimalkan hasil produksi. Mereka mengaku pasar untuk hasil pertanian mereka cukup besar dan selama ini belum tersasar dengan baik.
Tentu saja, perjumpaan saya dengan segelintir pemuda ini belum bisa digeneralisasi untuk menggambarkan minat pemuda secara nasional. Namun semangat mereka rasanya menunjukkan bahwa meregenerasi petani bukan hal yang mustahil. Di setiap sudut Nusantara semangat serupa saya yakin tetap ada dan besar.Â
Tinggal apakah kita, bukan hanya pemerintah, bisa jeli mendayagunakan semangat para petani muda sebagai ujung tombak untuk mengubah citra sektor pertanian kita. Percuma mengadopsi berbagai teknologi untuk menggenjot sektor ini jika kita belum mampu mengubah citra petani. Selama petani masih distigmakan sebagai kalangan kelas bawah, selama itu pula profesi ini akan semakin dijauhi. Jadi beranikah kita bertindak?