Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Seberapa Pentingkah Media Sosial Klub?

3 Agustus 2020   15:00 Diperbarui: 3 Agustus 2020   16:43 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media sosial | Photo by dole777 on Unsplash (Unsplash.com/@dole777)

Sejauh ini, belum ada pijakan legal atau regulasi yang baku untuk mengontrol aktivitas media sosial klub sepak bola. Tak heran jika kemudian banyak ditemui akun resmi media sosial klub terbengkalai terutama disaat kompetisi libur, produktivitas postingan beberapa klub yang berlaga di Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 pun merosot pada periode tersebut. Padahal medsos merupakan salah satu aset klub paling berharga dewasa ini.

Konteks berharga mungkin bisa diubah dengan narasi penting. Ya, betapa pentingnya media sosial dikala tak ada kompetisi. Apalagi pada situasi pagebluk saat ini, medsos resmi klub bisa jadi ujung tombak komunikasi klub dengan supporternya sebagai audiens.

Tak hanya menjawab kerinduan publik soal sepak bola yang belum kunjung bergulir akibat dampak pandemi, banyak variabel yang mendukung narasi betapa pentingnya media sosial klub. Lebih luas lagi, medsos termasuk salah satu club media assets yang bisa menguntungkan klub.

Meskipun keuntungan yang diberikan medsos tak lebih dari 10% atau tak sebesar seperti yang dihasilkan oleh sponsorship, aset tetaplah aset yang mesti dikelola dengan baik. Ada sebuah kondisi dimana di tengah masifnya bisnis endorse di medsos, tak jarang pihak sponsor berpikir out of the box sebelum menjalani kesepakatan dengan klub.

Salah satunya menganalisis aktivitas klub di media sosial, jumlah followers bisa jadi pintu masuk bagaimana sponsor menilai value sebuah klub. Namun demikian, besaran followers tak jadi jaminan sponsor bisa dengan mudah untuk memutuskan deal. Kadang, engagement rate jadi landasan utama untuk membuktikan kualitas medsos itu sendiri.

Medsos Sebagai Sarana Presentasi Value Klub
Sebagai media officer salah satu klub kontestan Liga 3 yang belum genap bertugas satu tahun, penulis merasa bahwa media sosial klub seperti instagram, twitter, dan facebook sangat efektif dalam menarasikan campaign klub. Terlepas dari value prestasi klub, pemain bintang, dll, medsos dengan aktivitas konten yang baik dan rutin akan mengundang atensi sponsor.

Tahun lalu misalnya, salah satu apparel lokal dari Jawa Barat menawarkan kerjasama jersey melalui instagram sebelum kemudian melakukan kesepakatan yang lebih serius melalui email klub. Memang Liga 3 musim lalu, klub saat ini tempat penulis bekerja cukup mentereng dari segi prestasi termasuk meloloskan diri sebagai wakil Jawa Barat di Liga 3 Nasional regional Jawa.

Tak bisa ditampik prestasi di lapangan masih jadi daya tarik yang besar. Namun demikian, ketika penulis iseng menanyakan mengapa yang dipilih tim kami kepada pihak sponsor, padahal secara notabene tim kami kalah di babak awal zona Jawa. Secara prestasi pun tim kami tak sebagus tiga kontestan lain yang meraih label tiga tim terbaik di Jawa Barat.

Dibalik itu semua, ternyata mereka punya alasan non-teknis bahwa pihaknya bisa dengan mudah menganalisa pasar lewat medsos klub, bahwa pihak sponsor menyatakan ingin mendongkrak penjualan lewat medsos, karena berbicara efektifitas medsos menjadi sarana paling relevan digunakan. Dan mereka mempercayai medsos kami memadai untuk melampaui target tersebut.

Upaya Klub Besar Nasional Membangun Ekosistem Media Sosial 
Persija Jakarta jadi tim paling produktif bila kita bicara konten media sosial. Seperti dikutip dari Simamaung X Nolimit, pada periode 11-12 Juli 2020 secara keseluruhan aktivitas media sosial Persija di semua platform menduduki peringkat kedua dengan engagement rate 31,23% di bawah Persebaya Surabaya yang menghimpun 41,23% engagement rate di posisi pertama. (Dihitung dari total engagement rate dibagi jumlah total followers).

Sementara di pekan berikutnya, pada periode 19-25 Juli 2020, grafik Persija cenderung naik. Tim asal ibukota itu menghimpun 36,83% engagement rate dan berhasil memuncaki klasemen dengan menggeser Persebaya Surabaya ke posisi ketiga 32,82%, dan di posisi dua ada PSIS Semarang yang mengumpulkan 35,35% engagement rate.

Tak heran Persija terus stabil/cenderung naik grafiknya dalam menelurkan konten. Sebab mereka cukup produktif dengan rata-rata 5 konten per hari, memposting 4,8 jam sekali per harinya. Bentuknya pun beragam, ada foto, video, tulisan, dll.

Sebetulnya Persib pun cukup produktif, dalam urusan menghasilkan konten mereka tak kalah dari Persija. Dengan rata-rata 5 konten per hari. Namun yang membedakan engagement rate sehingga dalam dua pekan terakhir secara keseluruhan atau postingan all platform Persib terpental di posisi 9 dengan mengumpulkan 12,10% engagement rate saja bahkan di pekan kemarin Persib tak masuk 10 besar.

Hal ini senada dengan fakta yang dibeberkan socialbakers pada tahun 2014 silam, bahwa halaman facebook dengan lebih dari satu juta pengikut hanya akan mencapai rata-rata tingkat interaksi 0,28%.

Artinya, produktifitas menelurkan postingan bukanlah harga mati. Sebabnya interaksi dengan audiens/followers dibutuhkan dalam menilai kualitas aktivitas konten media sosial klub. Seperti yang diutarakan McCarthy dalam penelitiannya, ada beberapa yang membuat audiens/followers/penggemar boring. Termasuk saat menggunakan pesan promosi yang terlalu to the point.

"Menggunakan pesan promosi langsung melalui media sosial bisa menjengkelkan penggemar. Dalam konteks ini, klub direkomendasikan untuk menunjukkan atribut terkait produk melalui selebrasi pemain saat merayakan gol dengan jersi resmi bersponsor. Dengan begitu, secara tak langsung hal tersebut akan memengaruhi niat beli," tulis McCharty dalam jurnalnya (Perganas & Anagnostopoulos, 2015).

Tak hanya itu, banyak variabel lainnya agar konten medsos klub bisa produktif dalam membantu marketing klub. Salah satunya menganalisis mana konten yang memicu interaksi paling banyak audiens. Hal tersebut bisa memudahkan klub menentukan target dan strategi pemasaran di medsos.

Pada intinya, apa yang dilakukan Persija, Persebaya, PSIS, Persib, dan klub Liga 1 lainnya lewat manuver-manuver produktifitas kontennya di media sosial adalah gambaran umum bahwa medsos klub merupakan aset penting klub, branding klub, tools marketing, yang ujungnya dapat memberikan feedback bagi klub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun