Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kita?

1 Mei 2020   15:27 Diperbarui: 1 Mei 2020   15:38 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Air laut berkecamuk dengan tenang.
Senja memprovokasi.
Angin berbisik bahwa kita mesti berlayar di perahu.
Kita siapa?

Perihal kita, aku dan sekadar keinginan pun kita.
Aku dan beberapa masa lampau pun kita.
Begitu pula rindu. Aku menikmati kita bersama ketiadaan yang akut.
Kita, bahasa asing seorang petualang.

Sebuah perahu compreng yang terombang-ambing pun tak butuh kita buat bersandar. Ia sendirian.
Lantas untuk apa kita, jika itu hanya kesinambungan kau dan aku yang tak pernah utuh.
Kita ibarat jarak yang kian beranjak.
Setelah lama tak bersua, kita bukan lagi tentang kau dan aku.

Entah di kota-kota dan di kata-kata mana kita bisa terpisah.
Tetapi perpisahan selalu menyediakan jalan baru.
Jalan menuju derita-derita yang tak kutemui sebelumnya.

(Gilde, 1 Mei 2020)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun