Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tekanan yang Tak Biasa dari Bobotoh

9 Maret 2019   11:54 Diperbarui: 9 Maret 2019   12:26 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tribunnews.com/surya

Tekanan bukan hal yang baru di lingkungan Persib Bandung. Banyak pelatih yang kabur akibat tak kuat menahan tekanan dari bobotoh. Sebanyak 23 pelatih sejak 1995/96 silih berganti menangani Persib, mayoritas datang secara baik-baik lalu pergi secara tidak terhormat, imbas daripada kursi panas pelatih Maung Bandung.

Kita tarik mundur ke medio 2005-2006, kala itu Persib dilatih oleh Risnandar Soendoro. Belasan ribu bobotoh melakukan demo di halaman depan stadion Siliwangi untuk meminta manajemen memberhentikan Risnandar, sebab dalam dua pertandingan terakhir Persib keok dikandang sendiri. Meski sempat keukeuh untuk bertahan di Persib, akhirnya sang pelatih rela meletakkan jabatannya.

Sementara nasib naas diderita Arcan Iurie. Kesuksesannya membawa Persija menembus final Liga Indonesia dan Copa Indonesia 2005 tidak tertular ketika menahkodai Persib pada kompetisi musim 2007. Dengan cara yang hampir sama saat menurunkan Risnandar, Arcan dipaksa mundur setelah mengalami tiga kekalahan beruntun. Beberapa sumber menyebut jika pelatih asal Moldova itu sempat dilarikan ke Rumah Sakit akibat stress terhadap kritikan dan tekanan bobotoh.

Di era terkini, banyak peristiwa power bobotoh yang menuntut pelatih mundur dari Persib. Djadjang Nurdjaman merupakan salah satunya. Tulisan "Djanur Out" seolah membutakan mata bobotoh bahwa pelatih yang biasa disapa Djanur itu pernah membawa Persib jadi kampiun Liga tahun 2014 dan Piala Presiden edisi perdana. From Hero to Zero, kalimat itulah yang kemudian layak disandang pelatih asal Majalengka tersebut.

Power tersebut kian tak berujung. Tulisan "Djanur Out" berlaku bagi pelatih-pelatih berikutnya yang tidak memberikan permainan menghibur atau kemenangan bagi Persib. Poster "Dejan Out" dimusim selanjutnya kian marak dan mudah dijumpai, padahal berbicara proses, Dejan Antonic yang baru seumur jagung menangani tim Persib masih bisa membawa Persib bermain lebih baik.

Mantan pelatih legendaris Persib pun ikut buka suara terkait tekanan tak biasa yang dialami Radovic, Indra Thohir. Dia tahu betul mentalitas Bobotoh, Indra menyebut jika Radovic belum tahu kultur Persib yang sesungguhnya, andai suami dari Jelena Radovic itu sudah paham, pasti saat itu juga dia akan menghindar, tanpa melawan.

"Sudah tahu seperti itu, zaman dulu juga cepat-cepat masuk [ke ruang ganti] kalau setelah pertandingan apalagi kalah dan cepat-cepat menghindar. Mungkin Radovic belum tahu, ini Bandung Bung. Jadi [bobotoh] jangan di lawan. Itu sudah dari dulu saya juga pernah mengalami jika pada posisi yang [tidak] menguntungkan ya kabur lah," Indra menegaskan.

Kini power bobotoh mulai disiasati Radovic. Namun, sekali lagi tak elok rasanya kekuatan tersebut sampai harus menyakiti fisik sang pelatih. Sebab, kritikan, nyanyian, dan spanduk-spanduk di stadion pun faktanya sudah amat lebih dari cukup. Buktinya Risnandar, Djanur, dan Dejan bisa mundur tanpa disakiti oleh pukulan. Bahkan Arcan Iurie bisa jadi referensi paling relevan bagaimana power bobotoh begitu terasa sampai Iurie harus dirawat di rumah sakit. Tanpa perlu diserang ke bench pemain, dipukul, dihadang saat menuju ruang ganti, atau dilempari botol mineral.

Bukan Sepenuhnya Salah Radovic

Jika menilik lebih jauh, yang membawa Persib ke titik terendah/permainan buruk seperti kemarin bukanlah mutlak kesalahan sang pelatih anyar. Jajaran manajemen sepertinya sudah berkonspirasi lebih dulu untuk membawa Persib ke kondisi hari ini, mereka kongkalikong untuk menyingkirkan pelatih Mario Gomez di musim sebelumnya. Padahal kinerja eks assisten Hector Cuper itu terlihat cukup mentereng. Semua bermula saat Miljan Radovic dihadirkan dengan status direktur teknik di Diklat Persib diakhir musim lalu.

Banyak penafsiran yang tepat terhadap langkah manajemen ini -- Radovic untuk menyingkirkan Gomez -- toh pada akhirnya sembari membuat Gomez tak nyaman. Radovic dipersiapkan untuk menjadi suksesor pelatih yang kerap disapa Abah Gomez itu. Memang agak kurang relevan mengungkap persoalan yang sudah berlalu. Namun, hal ini penting supaya bobotoh bisa memahami bahwa kritikan tak hanya bisa disampaikan kepada pelatih kepala saja. Manajemen punya andil besar dalam menentukan arah tim musim ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun