Sedangkan pelatih sebelumnya, Mario Gomez, lebih mengandalkan efektifitas dalam membangun serangan. Tak jarang musim lalu kita menyaksikan build-up dilakukan dengan umpan Panjang kedepan yang tertuju pada Ezechiel N'douassel. Pemain asal Chad ini akan menahan/memantulkan bola ke sayap kiri dan/kanan. Jonathan Bauman atau Inkyun Oh juga kerap kebagian second ball hasil dari duel bola udara yang dilakukan Ezechiel.
Dengan kecepatan dan efektifitas pemain sayap, second striker seperti Bauman, dan playmaker proaktif macam Inkyun. Bola bisa langsung dibawa ke kotak penalti atau opsi keduanya di alirkan melalui sayap kilat seperti Ghozali atau Febri Hariyadi. Sebelum kemudian Eze jadi penyelesai serangan yang dibangun timnya. Sesederhana itu mereka dalam menyerang musim lalu.
Berbicara kesuksesan serangan, memang musim lalu agak minim gol. Sebab Gomez memiliki kiblat "pertahanan yang kokoh". Namun pada praktiknya skema, penempatan posisi pemain, dan transisi terlihat sistematis dan lebih rapih.
Kembali ke era Radovic hari ini, serangan dibangun lewat sentuhan-sentuhan passing dari bawah. Jika sukses, permainan akan lebih terlihat menghibur lewat peragaan passing pendek. Akan tetapi, risikonya juga cukup besar. Contohnya pada gol Osas Saha di laga melawan PS Tira Persikabo. Henhen melakukan blunder saat hendak memeragakan build up dari bawah.
Persoalannya terus memanjang hingga di laga melawan Persebaya Surabaya. Dari empat bek sejajar yang dimainkan Persib. Hanya Supardi Nasir yang piawai dan lebih tenang dalam melakukan set up dari bawah. Ketiadaan bek andal yang bisa memegang bola lebih lama dalam build up ini tentu menjadi permasalahan serius yang harus sesegera mungkin diatasi.
Bojan Malisic bertipe lebih ke sweeper tak ayal Vladimir Vujovic. Jalan satu-satunya memperbaiki celah ini adalah mendatangkan pemain baru yang lebih berpengalaman. Dari rumor yang beredar, nama Fabiano Beltrame dan Achmad Jufriyanto terus menggelembung jadi bidikan Persib selanjutnya. Kedua nama tersebut bisa jadi solusi permanen terhadap persoalan ini. Sebab, saat di Madura United Fabiano kerap jadi bek yang pandai mengatur irama serangan atau istilah taktiknya: ball-playing defender.
Pun dengan Jupe -- sapaan Achmad Jufriyanto -- eks pemain Persib ini pernah menggalang pertahanan kokoh bersama Vladimir Vujovic dan Ia mendapat title sebagai pemain terbaik dalam hal memegang bola saat build up.
Perubahan Kim-Hariono Era Radovic
Di posisi gelandang, Radovic sangat saklek memasangkan dua gelandang bertipikal bertahan sekaligus: Kim Kurniawan dan Hariono. Namun pada implementasinya, Kim didorong untuk lebih agresif. Dalam enam penampilan terakhir Persib skema baru ini jarang sekali diubah.
Baca juga tulisan saya tentang Persib:Â Kemajuan Diklat Persib Bandung.
Dibawah komando Radovic, Hariono sebagai braker tak tergantikan meski usianya tak muda lagi. Bahkan pria asal Sidoarjo ini terlihat lebih bertenaga dari musim-musim sebelumnya. Selain itu, pemilik nomor punggung 24 ini juga jadi punya visi bermain.