Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Merisaukan Nasib Timnas U-22 dari Maraknya Naturalisasi

27 Februari 2019   17:49 Diperbarui: 28 Februari 2019   11:31 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: pssi.org

Naturalisasi nyaris tak ada ujungnya, klub terus berdalih jika langkah tersebut merupakan kepentingan bersama (baca: untuk Timnas). Justru jika ditilik lebih seksama kondisi ini malah menutup kesempatan bermain bagi pribumi. Bukan saja bermain di Timnas, melainkan juga bermain di Liga professional bersama klub.

Alangkah bijaknya jika kemudian para pengurus sepakbola nasional lebih memperhatikan keberlangsungan karir Gian Zola cs setelah ini, ketimbang sibuk membusungkan dada serta saling mengklaim bahwa pembinaan sepakbola Indonesia sudah berjalan sangat baik.

Pendeknya juara di kelompok umur bukanlah ukuran. Kesuksesan pembinaan bisa ditakar di Timnas senior. Kita lihat mayoritas pemain timnas senior yang dipanggil Training Center ke Australia oleh pelatih anyar Simon Mcmenemy. Mayoritas pemain yang dipanggil berumur di atas kepala tiga. Bahkan Otavio Dutra, Ilja Spasojevic, Greg Nwokolo dan Stefano Lilipaly jadi prioritas staff pelatih.

Padahal jika mau studi banding sedikit, rival kita seperti Singapura yang dulunya punya persoalan serupa "ketergantungan terhadap pemain naturalisasi" kini tengah terpuruk akibat terlambat menyadari dampak negatif naturalisasi pemain.

Jadi, naturalisasi bisa jadi ancaman masa depan bagi sepakbola Indonesia. Lebih jauh saya membayangkan bagaimana nasib Luthfi Kamal cs 10 tahun yang akan datang. Apakah mereka akan tenggelam dalam hingar bingar proyek naturalisasi?

Kembali lagi ke tolak ukur pembinaan yang baik. Timnas senior jadi cerminan paling relevan untuk menguji hal tersebut. Jika Timnas kita masih diisi nama-nama lama seperti Fachrudin Ariyanto, Ruben Sanadi, Tinus Pae, bahkan Otavio Dutra yang kini usianya diatas kepala tiga, hal demikian seolah menarasikan jika ada yang tidak beres dengan regenerasi pemain. Memang tiap tim butuh peranan seorang pemain senior, namun begitu bukan berarti dijadikan prioritas.

Apalagi setelah ditelusuri lebih dalam, kondisi di klub juga tak lebih baik dari Timnas. Pelatih di klub lebih memilih pemain-pemain senior dengan nama-nama lawas. Hamka Hamzah (Arema FC), Maman Abdurachman (Persija), Ricardo Salampessy (Persipura), dll.

Lantas dimana kelak posisi bek muda seperti Indra Mustafa, Bagas Adi, Firza Handika, Rachmat Irianto, Andy Setyo, Nurhidayat, Rifat Marasebessy? Dibangku cadangan? Sungguh kondisi ini sangat tak diharapkan bagi perkembangan pemain muda.

Lagi-lagi kita perlu menengok negara tetangga/klub rival. Seperti dilansir Pandit Football Indonesia, Thailand punya Narubadin Neerawatnodom dan Adison Promrak duet kokoh yang berusia 24-25 tahun yang kini mencatatkan lebih dari 30 caps bersama Timnas. Malaysia punya Shahrul Saad (25 tahun) yang punya 27 caps bersama Timnas dan akan melanjutkan jejak Fadhli Sas (28 tahun). Bandingkan pula dengan kapten Myanmar, Zaw Min Tun, yang sudah punya 62 caps bersama timnas senior meski kini usianya baru menginjak 26 tahun.

Baca juga tulisan saya tentang naturalisasi: Malaysia yang Terjangkiti Wabah Naturalisasi.

Sedangkan di Timnas Vietnam Que Ngoc Hai, bek tengah berusia 25 tahun yang mencatatkan 42 caps atau Doan Van Hau yang memiliki caps 19 meski usianya masih sangat belia: 19 tahun. Data diatas merupakan narator suksesi pembinaan atau regenerasi pemain di timnas senior. Sebab mereka sudah mencatatkan caps cukup banyak pada usia yang relatif muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun