Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Cara Jojo Membersihkan Komentar Pedas

28 Agustus 2018   22:21 Diperbarui: 28 Agustus 2018   22:39 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
potongan gambar siaran streaming

Termasuk sebelum babak 16 besar bergulir, tak sedikit analis badminton yang lebih mengunggulkan Anthony Ginting ketimbang Jojo. Selain dari sisi peringkat, Ginting yang berada di peringkat ke-9 dunia sedangkan Jojo hanya menduduki posisi ke-13. Ada juga beberapa faktor lain yang membikin keraguan terus berkembang mengiringi langkah Jojo ke final.

Pertama, permainan rally Jojo yang tak sebaik Ginting. Nama yang terakhir disebut merupakan kamuflase antara Taufik Hidayat dan Icuk Sugiarto. 

Mengapa demikian? Karena setengah Anthony merupakan style of play yang dimilikki Icuk Sugiarto yang dikenal sebagai pemain spesialisasi rally. Sedang separuh diri Anthony merupakan Taufik Hidayat. Gaya bermain Ginting yang menyerang dan memiliki ketenangan yang serupa dengan legenda bulu tangkis yang pensiun pada tahun 2013 silam.

Kedua, masih soal head to head antara Jojo dan Ginting. Jojo tak lebih baik mengenai pukulan. Baik itu drop shot, smash, drive, maupun clear lob. Pendeknya, Ginting mempunyai akurasi lebih tajam ketimbang Jojo. Itu pula yang kerap Jojo pertontonkan di final. Ia membuang banyak poin hanya karena salah perhitungan. Terutama ketika bermain netting, titik kelemahan Jojo mudah sekali dibaca lawan.

Ketiga, lawan-lawan yang dihadapi secara peringkat jauh lebih baik. Penulis harus mengulang/review sekali lagi jika jalan menuju final yang dilewati Jojo sangat terjal. Ia harus bertemu dengan peringkat ke-2, peringkat ke-5, dan ke-6 dunia secara berturut-turut.

Rasa-rasanya titel peraih medali emas Sea Games 2017 yang disandang Jojo tak membuat lawan-lawannya maupun orang-orang yang ragu padanya percaya Jojo akan sukses menyumbang emas untuk Indonesia.

Akan tetapi, tempaan keraguan itulah yang akhirnya membuat pria kelahiran Jakarta, 15 September 1997 itu semakin ingin menunjukan bahwa Ia punya kualitas. Dari ragu per ragu itulah Jojo ditekan untuk menjadi atlet yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Cara Jojo Merespon Komentar Negatif

Maraknya aksi bullying jadi perhatian khusus di kalangan masyarakat kita, tak terkecuali olahragawan. Lewat akun @jonatanchristieofficial, Jojo kerap menerima komentar-komentar negatif dari netizen. Seperti beberapa waktu silam, Jojo yang turun di kejuaraan Indonesia Open 2017, dihujat habis-habisan karena kalah telak di fase 16 besar dari wakil Cina.

Bullyan kian nyaring karena Jojo di pertandingan tersebut tidak mampu mencapai poin 10. "Tiru cara mainnya Lindan di you tube! Gimana cara mainnya. Mental tempe!", Ujar salah satu akun anonim.

Bahkan saat Asian Games 2018 berlangsung pun Jojo tak sepi komentar sumbang. Di antara ratusan komentar bernada dukungan di kolom komen Instagramnya, ada pula terselip komentar pedas dari para netizen, seperti: "Ganteng-ganteng mainnya ampas", "Itu ngalah atau gimana? Udah diatas angin buang-buang poin terus", "Jojo tadi lawan net ya? Bagus mainnya net", atau "Konsisten ya Jo konsisten kalahnya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun