Mohon tunggu...
Gilang Mahardika
Gilang Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - suppp

suppp

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dongkrek, Sebuah Kesenian Pengusir Pagebluk

3 November 2021   03:44 Diperbarui: 3 November 2021   03:46 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara tentang kesenian, seluruh daerah di Indonesia memiliki kesenian yang beragam. Salah satu kesenian dari Madiun, Dongkrek merupakan sebuah kesenian asli yang berasal dari Kabupaten Madiun. Lebih tepatnya berasal dari desa Mejayan, Kec. Mejayan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Dongkrek adalah kesenian yang menampilkan iringan musik dengan tarian yang bertujuan untuk penolakan bala. Awalnya dongkrek tercipta karena masyarakat yang sedang dilanda sebuah wabah, dan pemimpin desa tersebut Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro menciptakan dongkrek sebagai media untuk mengusir pagebluk (wabah). Dongkrek tercipta pada tahun 1867. Nama  Dongkrek sendiri tercipta karena berasal dari iringan musik kesenian tersebut yang berbunyi dong-krek-dong-krek

Iringan musik Dongkrek menggunakan alat musik yang disebut korek yang menghasilkan suara krek dan bedug yang menghasilkan suara dung yang jika diaminkan serentak berbunyi dong-krekdong-krek. Selain korek dan bedug ada beberapa alat musik lain yang mengiringi kesenian ini seperti gong, kenung, kentongan, beri. Pertunjukan dongkrek menampilkan empat tokoh yaitu genderuwo yang menggambarkan sebuah pagebluk,  dua orang perempuan yang memperagakan Roro Ayu seorang yang cantik dan sopan, dan satu lagi memperagakan Roro Perot seorang pengasuh Roro Ayu, kedua perempuan tersebut melambangkan sasaran dari roh jahat yang ingin menculik mereka dan membawa pagebluk. Dan tokoh selanjutnya yaitu orang yang dituakan di desa yang mengusir pagebluk. Musiknya sendiripun juga menggambarkan sebuah panjatan panjatan doa dan mantra yang dipanjatkan oleh seorang tetua untuk mengusir roh jahat yang menyebabkan wabah tersebut.

Saat ini kesenian dongkrek dapat ditampilkan sebagai kesenian sakral yang masih dijaga yang dijadikan ritual tolak bala di Desa Mejayan, dan sebagai pertunjukan kesenian untuk tujuan hiburan. Dongkrek sebagai ritual memiliki beberapa tahapan yaitu, pada malam jumat legi mereka melakukan selamatan sebagai permohonan doa agar dilancarkan prosesinya. Setelah malam hari, iringan pengusir pagebluk diberangkatkan dari pendopo mengelilingi desa mejayan sampai menjelang pagi. Adapun beberapa aturan dan syarat dalam ritual ini, diantaranya yaitu, peraga buto tidak diperbolehkan menggunakan pakaian, obor harus terbuat dari bambu, dupa harus tetap menyala dan dibawa oleh pembaca puja puji, dan pusaka palangan dibawa oleh ahli waris yang terpilih dan dipayungi oleh payung agung. Dan syarat seperti tumbal, takhir, dan plontang berisi bubur beras ditanam ditempat yang ditentukan dan dianggap sentral atau punjer. Acara ini dilakukan satu tahun sekali pada bulan suro.

Kesenian warisan dari leluhur ini wajib kita lestarikan supaya generasi penerus kita senantiasa bisa mengetahui warisan dari leluhur kita. Namun sayangnya saat ini kesenian dongkrek ini mulai sepi peminat dikarenakan masuknya budaya budaya luar yang mengancam budaya peninggalan leluhur. Selain itu, generasi mudah saat ini menganggap kesenian dongkrek adalah kesenian yang membosankan dan tidak menarik. Padahal dahulu kesenian ini sangatlah popular di Madiun. Diluar dari mulai punahnya kesenian dongkrek, masih ada sanggar sanggar yang tetap menjaga kesenian tersebut dan mengajarkan kesenian tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun