Mohon tunggu...
Gila Mad
Gila Mad Mohon Tunggu... Pemadam Kebakaran - GILA

Nenek pepek, kita liat siapa duluan mati. Kalo kau mati duluan, akan kukirim ke.inbox FB mu: "MAMPUS KAU!" Tanggal 38/06/2023, hit postingan terakhir 38 hit, yang hit ke 39 dan seterusnya adalah dari si kontol. Admin yg ngasi PILIHAN sm postingannya, ADMIN KONTOL. Dosa admin, menghapus tulisan yg jelas2 ber-tag atau kategori PUISI yg tdk membatasi syarat minimal jumlah karakter tulisan. Ingat kau min, kau hapus puisi itu dgn judul "Bunga Kamboja" karena kau memihak kpd salah satu penulis pada blog ini!? Penindasanmu kuingat sampai mati. Cemburu sama penulismu? Otakmu kudisan! MUKLIS >> MUKAK IBLIS

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Model Profesor Dulu Kini dan Nanti

24 Oktober 2022   02:24 Diperbarui: 24 Oktober 2022   05:29 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Luka?
Kau tak tahu apa luka itu yang sebenarnya. Apa kau pernah melihat dan mendengar seorang profesor mengatakan korupsi itu "boleh" di depan kelas mahasiswa S2? Yang hasil korupsinya diberikan dan dibelanjakan bini mudanya ke Singapura dengan alasan dengan korupsi maka uang berputar?

Luka?
Kau tak tahu apa luka itu sebenarnya. Saat tiba-tiba terbangun, melihat seorang perempuan di atas perut sang profesor. Lalu paginya saat mau berangkat menuju lokasi proyek dia berkata, "Mendebarkan, itu yang dicari,"

Luka?
Kau tak tahu apa luka itu sebenarnya. Ketika mertuamu difitnah sang profesor dengan menyembunyikan hasil hitungan banjir per 10 tahun, memaksakan pembangunan suatu perumahan di pinggir sungai yang pada akhirnya merengut nyawa manusia.

Luka?
Kau tak tahu apa luka itu sebenarnya. Orang yang paling kuhormati tersebab ilmunya - si profesor - saat hari-hari terakhirnya dibelai kanker pankreas stadium akhir merengek seperti anak kecil, "Apa (tidak ada) legasi kitaaaaa?," kecuali mengajarkan perseteruan individualitas pada institusinya sendiri?

Luka?
Kau tak tahu apa luka itu sebenarnya. Saat perutnya kembung penuh cairan kuning, terlantar di rumah sakit institusinya sendiri karena tidak mendapat tempat tidur. Yang sebelumnya, saat malam gulita aku mencari direktur pemeliharaan fisik rumah sakit sampai ketemu, kemudian dia berterima kasih sekali sampai menangis-nangis kepada direktur yang bekas mahasiswanya setelah mendapat tempat tidur perawatan, lalu menoleh tersenyum sinis kepadaku?

Luka?
Kau tak tahu saat bangkainya kumandikan kemudian kugotong menuju kuburannya, sambil berharap dia bangkit dan berkata "Maafkan bapak ya,"

Luka?
Kau tak tahu apa luka itu sebenarnya. Dengan bersebarnya cerita fiksi ini, maka dosanya menjadi milikku dan dia masuk surga? Aaamiiin, tiada tuhan melainkan ........

Kutub Utara, 00/00/0000

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun