Luka?
Kau tak tahu apa luka itu yang sebenarnya. Apa kau pernah melihat dan mendengar seorang profesor mengatakan korupsi itu "boleh" di depan kelas mahasiswa S2? Yang hasil korupsinya diberikan dan dibelanjakan bini mudanya ke Singapura dengan alasan dengan korupsi maka uang berputar?
Luka?
Kau tak tahu apa luka itu sebenarnya. Saat tiba-tiba terbangun, melihat seorang perempuan di atas perut sang profesor. Lalu paginya saat mau berangkat menuju lokasi proyek dia berkata, "Mendebarkan, itu yang dicari,"
Luka?
Kau tak tahu apa luka itu sebenarnya. Ketika mertuamu difitnah sang profesor dengan menyembunyikan hasil hitungan banjir per 10 tahun, memaksakan pembangunan suatu perumahan di pinggir sungai yang pada akhirnya merengut nyawa manusia.
Luka?
Kau tak tahu apa luka itu sebenarnya. Orang yang paling kuhormati tersebab ilmunya - si profesor - saat hari-hari terakhirnya dibelai kanker pankreas stadium akhir merengek seperti anak kecil, "Apa (tidak ada) legasi kitaaaaa?," kecuali mengajarkan perseteruan individualitas pada institusinya sendiri?
Luka?
Kau tak tahu apa luka itu sebenarnya. Saat perutnya kembung penuh cairan kuning, terlantar di rumah sakit institusinya sendiri karena tidak mendapat tempat tidur. Yang sebelumnya, saat malam gulita aku mencari direktur pemeliharaan fisik rumah sakit sampai ketemu, kemudian dia berterima kasih sekali sampai menangis-nangis kepada direktur yang bekas mahasiswanya setelah mendapat tempat tidur perawatan, lalu menoleh tersenyum sinis kepadaku?
Luka?
Kau tak tahu saat bangkainya kumandikan kemudian kugotong menuju kuburannya, sambil berharap dia bangkit dan berkata "Maafkan bapak ya,"
Luka?
Kau tak tahu apa luka itu sebenarnya. Dengan bersebarnya cerita fiksi ini, maka dosanya menjadi milikku dan dia masuk surga? Aaamiiin, tiada tuhan melainkan ........
Kutub Utara, 00/00/0000