Mohon tunggu...
gijenal
gijenal Mohon Tunggu... Administrasi - hearer

ingin menjadi pendengar yang baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indonesia Darurat Toleransi?

21 Februari 2019   18:53 Diperbarui: 13 Agustus 2019   17:38 4434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pakai contoh soal agama? Bisa.. Misalnya di beberapa daerah di Indonesia, sekelompok umat Islam menolak pembangunan gereja. Tapi pada saat yang sama, sejumlah komunitas gereja di beberapa daerah Indonesia yang mayoritas penduduknya Kristen juga menolak pembangunan masjid.

Dengan begitu, sikap toleran dan intoleran bukan monopoli suatu kelompok apalagi suatu agama. Sebab setiap orang dan kelompok berpotensi bersikap intoleran. Lebih jauh lagi dijelaskan, bahwa  wujud  dari  ketiadaan toleransi  adalah  hidupnya  prasangka  sosial antar  kelompok  dalam kehidupan  bermasyarakat (Baron & Byrne, 2012). 

Prasangka  sosial  sendiri  dapat  diartikan sebagai antipati yang berdasarkan kepada kesalahan dan kekauan generalisasi terhadap kelompok tertentu secara keseluruhan, atau kepada individu karena dia menjadi bagian dari kelompok tertentu. Bisa dalam hanya bentuk perasaan atau dalam wujud perilaku (Allport, 1954).

So, jika prasangka sosial ini terus-menerus kita pelihara dan kita asah setiap hari, kita latih setiap hari dengan terbiasa menjudge selera, penampilan, atau hobi orang lain serta hal-hal sepele lainnya, tentu akan sangat masuk akal menjelaskan mengapa kasus intoleransi beragama atau politik marak terjadi dewasa ini.  

Menegakkan toleransi di Indonesia yang majemuk ini tentu tidak mudah, namun bukanlah tidak mungkin, agar dapat terciptanya kerukunan, kedamaian dan keindahan sentosa antar umat manusia. Yang perlu kita lakukan ialah mencoba  meminimalisir prasangka dan memperbanyak komunikasi serta tidak menutup diri. 

Belajar toleran bisa dimulai dengan saling menghargai selera atau tindakan orang lain, hal-hal kecil yang sering kita jumpai sehari-hari. Jika sudah terbiasa, niscaya menerapkan toleransi dalam hal sensitif seperti agama maupun politik dapat diwujudkan.

"Ujian keberanian datang ketika kita berada di dalam minoritas. Ujian toleransi muncul ketika kita berada di dalam mayoritas" (Ralph W. Sockman)

Jakarta, Februari 2019

oleh : gijenal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun