Mohon tunggu...
gijenal
gijenal Mohon Tunggu... Administrasi - hearer

ingin menjadi pendengar yang baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angin

11 Oktober 2018   16:15 Diperbarui: 11 Oktober 2018   16:18 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Resap, dekap, tangkap pekatnya semilir yang takkan bisa kau sekap
Di senja, di hari, pun di dini rasi gemintang takkan mampu kau tentang
Seberapapun aku pergi
Hiduplah agar ku pulang
Tak bisakah kau memelukku barang sekejap?
Wahai, matilah andai ku dikekang
Aku harus terus berlari agar menjadi aku

Berdiri,
Undang sekali lagi
Jangan menjemputku! 

Panggil sekali lagi
Tuntun selangkah lagi
Lekas kunci ikrarku dengan baramu

Engkaulah hambaku, Api..
Hidupmu takdirku
Letupmu lantunku
Matimu embusku
Di kala yang seharusnya
Di waktu yang sepantasnya
Jika kau ingin

Sebab ku angin

.

Subuh Sukabumi, gijenal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun