Mohon tunggu...
gijenal
gijenal Mohon Tunggu... Administrasi - hearer

ingin menjadi pendengar yang baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Putri Kelana

4 September 2018   11:08 Diperbarui: 4 September 2018   11:26 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Putri kelana menunduk lagi
Lihatlah, gadis lain turun dari kencana besi
Beralas lembut bantalan kursi
Gadis itu bermata dingin
Lenggak-lenggok lewati manusia penegak leher, penyusu topik
Tapi sayang ia kurang meriah
Sepatunya kurang kuning
Bibirnya kurang merah
Atau rambutnya yang kurang merekah
Masih banyak yang lebih meriah

Putri kelana menunduk lagi
Melihat sepatu enam tahun lalu yang lupa disemir
Tak sempat jumpa kawan
Menenggak ludah
Melihat cekat-cekit pasang sepatu berjalan
Berkilauan 

Menenggak ludah
Melihat banyak jamuan bernama kepanjangan
Sukar dilafal
Kapan ia boleh makan?
Tak mungkin ia makan
Menunduk lagi
Bersantap sadar diri

Lelaki pemuja logam melirik sinis
Ibu tua pemuja batu berbisik-bisik, menyungging bibir
Ada yang tersesat di habitat mereka

Lalu putri pergi, berkelana lagi..
Menjemput nikmat dua perak dari tuan,
Jasa payungnya tadi

Hujan juli 2015, gijenal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun