Mohon tunggu...
gijenal
gijenal Mohon Tunggu... Administrasi - hearer

ingin menjadi pendengar yang baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hutan di Hujan

31 Mei 2018   16:19 Diperbarui: 15 Agustus 2018   11:19 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan membingkai asa, menyerut duka, merajut berjuta cercah dahaga pohon ek dan rumput teki
Batu tak lagi keras, cadas tetap tetas di tebing atas
Lalu aku dan mata cokelat bertukar pandang
Terbatuk,
Menjilat getir riuhnya nafas yang memburu
Keruhnya keringat kaki pemuja hulu

Hujan membingkai kita, menyerut luka, merajut cinta

Lelahmu masih kuecap
Keluhmu masih kudekap
Hatimu masih kuraba
Tetapkah kau disana?

Kau dan waktu hanya tersenyum,
Mengulurkan lengan dan berkata
Lalu aku dan mata cokelat bertukar pandang
Meraung,
Memecah bising teriknya hujan, mengaduh rintihan daun

Tapak kakiku dan tekadmu abadi di basah hujan, di hijau lumut perangkul cadas
Akhirnya aku dan waktu juga hanya tersenyum
Bersyukur,

Terimakasih untuk dingin yang manis, lembah yang puitis, untuk hutan yang romantis

Jawa Barat, 2015
oleh: gijenal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun