Mohon tunggu...
Gigik Nurbaskoro
Gigik Nurbaskoro Mohon Tunggu... Administrasi - Prakirawan Cuaca

Sehari - hari bertugas sebagai prakirawan cuaca di Stasiun Meteorologi Banyuwangi, dan saat ini sebagai mahasiswa pasca sarjana Universitas Jember (UNEJ) program Studi Pengelolaan Sumber Daya Air Pertanian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ramadhan yang Ditunggu

14 Maret 2023   05:30 Diperbarui: 14 Maret 2023   05:36 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/

Bagi umat islam kedatangan bulan suci Ramadhan tentu bulan yang sangat dinantikan. Kenapa ? Kata pak ustadz, barang siapa yang bergembira menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan maka tubuhnya diharamkan dari api neraka. Suka cita dalam menyambut bulan suci Ramadhan biasanya diawali dengan persiapan belanja untuk kebutuhan makan sahur maupun untuk menu makan buka puasa.  Di hari pertama sering seluruh keluarga berkumpul untuk melakukan buka puasa bersama. Ada fenomena yang mungkin entah ada yang  keliru atau tidak dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Kalau diartikan secara harfiah puasa adalah menahan hawa nafsu, makan dan minum mulai subuh hingga maghrib. Yang perlu digarisbawahi adalah kata menahan. Kalau dihubungkan dengan perilaku konsumtif malah yang terjadi adalah kurang menahan belanja yang terjadi di masyarakat. Bisa dilihat banyaknya penjual takjil maupun lauk pauk mulai sore hingga malam hari. Bahkan ada lokasi seperti pasar dadakan yang khusus menjual buka puasa. Dan masyarakat pun antusias untuk membeli makanan dan minuman tersebut untuk buka puasa atau dilebihkan untuk makan sahur. Mungkin bagi yang malas memasak di hari-hari pertama puasa, penjual makan dan minum tersebut sangat membantu karena tidak ribet menyiapkan menu buka puasa. Akibatnya di sini yang terjadi adalah perputaran ekonomi yang cepat dan besar dalam satu hari. Karena masyarakat menjadi konsumtif. Atau mungkin bawaan dari panggilan jiwa, karena terasa lapar dan haus saat berpuasa,  maka yang terjadi rasa ingin banyak makan dan minum saat buka puasa nanti. Tapi mungkin tidak apa-apa, toh peristiwa ini hanya setahun sekali jadi konsumtiflah. Bukan berarti memprovokasi, hehe. Kalau penjual tidak ada yang beli lalu juga bagaimana. Sedangan mereka berjualan dadakan mungkin untuk menambah income untuk persiapan lebaran nanti, beli baju baru buat anaknya. Bukankan berbelanja itu juga merupakan bagian dari bersedekah. 

Dengan berbelanja maka penjual tersebut memperoleh keuntungan untuk kebutuhan penjualnya juga. Selain di area jalan-jalan kota yang ramai dengan penjual makanan, hotel-hotel pun tak kalah dengan memberikan promonya yang terjangkau untuk menu buka puasa dengan paket All You Can Eat dengan harga dibawah seratus ribu rupiah. Menarik bukan?. Bagi sebagian kalangan tentu dengan harga tersebut terbilang murah, beramai-ramai mengajak anggota keluarga untuk berbuka puasa di hotel dengan model prasmanan dan makan sepuasnya. Bagi yang sesekali mencoba berbuka puasa di hotel tentu akan menjadi sensasi  yang luar biasa apalagi berbuka puasa di hotel berbintang, bisa-bisa foto menu makanan di meja dulu sebelum makan, bukan berdoa dulu sebelum makan. Itulah awal dari Ramadhan, makin ke tengah Ramadhan jenis makanan yang dijual mulai berubah menjadi aneka ragam kue lebaran. Otomatis penjual takjil maupun makanan buka puasa berkurang. Pasar bazar takjil yang awalnya ramai mulai berkurang pembelinya maupun penjualnya. Tapi ternyata produksi ataupun konsumsinya beralih dari makanan berbuka puasa menjadi kue lebaran ataupun parcel untuk lebaran. Mulai H -10 lebaran ada pola yang rutin tiap Ramadhan yaitu shaf di masjid untuk sholat tarawih makin maju alias berkurang jamaahnya sedangkan di pasar atau pusat perbelanjaan makin ramai pengunjungnya. Lagi - lagi adakah yang salah dengan pola perilaku demikian. Di satu sisi Ramadhan adalah bulan penuh berkah, rahmat, penuh ampunan, pahala juga dilipatgandakan artinya mumpung Ramadhan berlomba-lombalah mencari pahala. Ya mungkin tergantung niat, bagi yang berbelanja dengan niat untuk membantu sesama maka ini juga menjadi salah satu pintu untuk mendapatkan pahala. Selain itu di dalam bulan Ramadhan juga ada kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang terpenuhi  nishabnya. Yang kaya mengeluarkan zakatnya untuk disalurkan kepada yang berhak. Kalau dibayangkan seandainya yang kaya berlokasi di hulu sedangkan yang miskin berlokasi di hilir dan harta itu ibarat air maka air tidak akan mengalir jika posisi air di hilir sudah sama rata dengan yang di hulu.  Berarti jika alurnya demikian artinya tidak ada yang miskin di dunia ini. Sepertinya juga tidak mungkin kalau tidak ada yang mengalir maka aktivitas akan stagnan juga. Mungkin hampir sama dengan siklus hidrologi, ibarat uang yang berada di hilir langsung menguap dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari, barang yg dibeli merupakan produk yang dihasilkan para produsen yang posisinya di hulu, uang dari hulu mengalir kembali hingga hilir, begitulah siklusnya. Siklus alam dan siklus ekonomi  seirama. Puasa Ramadhan satu bulan penuh juga merupakan sarana latihan fisik untuk menahan lapar dan haus. Sehingga bagi yang tiap hari selalu merasakan kenyang ikut juga merasakan kondisi seperti yang terbiasa lapar.  Semoga dengan kedatangan bulan suci Ramadhan membuat kita makin bijak dalam segala hal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun