Jogja sedang menghadapi masa-masa yang cukup rumit, mulai dari gesekan dan benturan berbasis identitas, konflik agraria hingga isu kemiskinan yang melada.
Pada 2016 yang lalu, saya bersama dengan seorang teman, Adit, melakukan perjalanan satu hari, One Day Trip ke Jogjakarta. Sebenarnya perjalanan kesekian kalinya ke Jogja, namun dengan gaya yang berbeda.
Bila biasanya hampir setiap bulan kami pergi untuk camping di kawasan Gunungkidul melepas penat dari lelahnya perkuliahan pantai-pantai di Gunungkidul menjadi pelarian sementara kami.
Namun pada perjalanan One Day Trip ini saya dan Adit dalam satu hari pergi menjelajahi 7 destinasi yakni Candi Ratu Boko, Hutan Pinus Mangunan, Gumuk Pasir Parangkusumo, Pantai Cemoro Sewu, Parangtritis, menyusuri Malioboro hingga berhenti di Titik Nol Kilometer dengan uang tak lebih dari Rp 100 ribu. (Cerita Perjalanan Selengkapnya di Sini)
Tidak hanya menyusuri destinasi tersebut, dari perjalanan One Day Trip itulah saya baru benar-benar merasakan bahwa Jogja begitu istimewa, istimewa orangnya, istimewa negerinya, istimewa penduduknya dan saya percaya bahwa kesan istimewa itu selalu ada untuk mereka yang hadir di kota ini.
Jogjakarta memiliki kesan romantika yang sangat dalam. Bagi mereka yang pernah singgah di Jogja pasti langsung jatuh hati terhadap kota ini. Anies Baswedan pernah mengatakan bahwa "Setiap sudut kota Jogja itu romantis," Selain itu, sastrawan Joko Pinorbo juga pernah mengungkapkan bahwa Jogja itu terbuat dari rindu, pulang dan angkringan. Pada intinya adalah banyak orang yang jatuh hati dengan kota Jogjakarta.
Jogja juga menajdi tempat lahir banyak pekerja seni seperti sutradara, pelawak, band, musisi, dan para pekerja hebat lainnya. Sebut saja sutradara Hanung Bramantyo, Garin Nugroho, pelawak Butet Kertaradjasa, penyanyi sekaligus rapper Kill The DJ, band-band seperti Sheila on Seven hingga Endank Soekamti lahir dan tumbuh di kota ini.
Belum lagi, Jogja dianggap sebagai kota pelajar dimana ribuan hingga jutaan orang dari seluruh penjuru nusantara dari Sumatera hingga Papua sana belajar dan menimba ilmu di sini. Beberapa para pemimpin juga pernah hidup di Jogja sebut saja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo hingga orang nomor satu di Indonesia itu sendiri Ir. Joko Widodo.
Jogja dengan semua yang pernah hadir, hidup dan bertumbuh menjadikan kota ini begitu istimewa, menjadi bagian dari Indonesia yang memiliki hak khusus tersendiri dengan bentang alam yang menawan dengan gagahnya Gunung Merapi di sisi utaranya dan Parangtritis di sebelah selatannya.