Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Mengupdate MK dari Mahkamah Kalkulator Menjadi Mahkamah Komputer Demi "Straw Man Fallacy"

23 Juni 2019   14:40 Diperbarui: 23 Juni 2019   14:54 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

You misrepresented someone's argument to make it easier to attack.

Kalaulah tidak tepat 100%, kurang lebih mirip-miriplah. Karena kubu 02 menggugat penetapan hasil pilpres 2019 yang diperoleh dari perhitungan manual berjenjang, tetapi dengan mengajukan argumentasi ketidakvalidan Situng KPU. Seakan-akan kalau Situng KPU tak valid prosedur maupun keamanannya lantas hasil pilpres 2019 otomatis juga tak valid. IT, IT, dan IT, itulah isu yang selalu digaungkan untuk mendeligitimasi penetapan hasil pilpres 2019.

Pemaksaan opini ke isu IT itu sebenarnya lucu. Belum lagi uraian ahli dari kubu 02 yang merilis hasil risetnya tentang "pola" atau rumus perolehan suara 01 yang ditambah suatu nilai tertentu. 

Saya jadi teringat pengalaman dimintai tolong membuat prediksi togel oleh seorang teman saat saya sekolah di Yogya. Teman saya itu preman kampung (badan tatoan, suka mabuk, dan ngepil koplo). 

Suatu sore ia datang membawa selembar rekap deretan nomor togel (4 digit-an) yang pernah keluar. Ia meminta saya "mengomputer" rekap itu dan meramalkan nomor togel yang akan keluar periode berikutnya.

Sambil tertawa ngakak saya jelaskan padanya bahwa nomor togel itu acak, tidak bisa diprediksi, meski dengan menggunakan komputer. Tapi ia bersikeras. Akhirnya saya buatkan juga. Tentu dengan disclaimer seperlunya. Ia setuju. Saya pun mulai memprosesnya. 

Saya gunakan regresi linear di aplikasi Excel. Saya tambahkan nomor urut yang saya plot sebagai data atau variabel independen. Ngawur memang. Tapi hasilnya tetap ada. Prediksi togel itu saya serahkan padanya. Ia menerimanya dengan mata berbinar. Hasilnya?

Meski saya yakin proses pengundiannya acak, saya tetap yakin kalau nomor togel ramalan saya itu tidak tembus. Dan memang demikian. Si teman datang ke kos-kosan beberapa hari kemudian. Ia melaporkan kalau nomor yang dibelinya tidak tembus. Tapi ia memuji hasil ramalan saya. Karena di antara 4 digit ramalan, dua digit di antaranya cocok, ada pada nomor yang keluar meski tidak berurutan. Dan ia meminta saya meramal lagi nomor togel minggu depan. Tapi saya menolak. Saya khawatir ramalan saya nanti tepat. Bisa hancur reputasi kalau predikat dukun togel tersemat pada diri saya. Bukan soal reputasi saya pribadi, ini menyangkut almamater tercinta.. halagh.

Kembali ke soal sidang sengketa pilpres 2019 di MK, tampaknya IT sengaja didewakan oleh  sebagian pihak di sana. IT dianggap puncak segala peradaban manusia. IT yang dalam hal ini diwakili perangkat komputer beserta teknologi dan infratrukturnya digunakan sebagai parameter untuk mem-bully Situng KPU dan mendeligitimasi keputusan KPU yang memenangkan paslon 01. Jadi jelas, kubu 02 secara sepihak ingin meng-upgrade MK dari Mahkamah Kalkulator menjadi Mahkamah Komputer agar lebih mudah mem-bully KPU melalui Situng-nya.

Kalau MK masih (dianggap) Mahkamah Kalkulator, tentu yang dibahas kubu 02 adalah perhitungan suara manual berjenjang itu. Tapi kubu 02 kekurangan bukti valid. Buktinya bisa banyak, tapi yang valid hampir tak ada. Maka di-upgrade-lah MK dalam asumsi mereka sebagai Mahkamah Komputer. 

Dengan demikian, yang akan dibahas bukan perhitungan manual berjenjangnya, melainkan Situng KPU-nya. Lalu digandenglah ahli IT yang memiliki kompetensi di bidang engineering untuk mendukung opini dan tuntutan mereka. Tahu kan engineering artinya apa? Iya. Rekayasa. Bisa jadi modusnya seperti cara meramal togel menggunakan komputer ala saya. Saya tidak bisa memastikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun