Darto tersandung sesuatu hingga jatuh tertelungkup. Tas kainnya terlempar jauh membentur pagar, mangkoknya terbuka paksa, sayurnya tumpah berceceran di rerumputan.
Mbokde Ponem kaget dan spontan menghampiri, menanyakan apakah keadaannya baik-baik saja, dan mengatakan akan mengganti sayurnya. Tapi Darto menolaknya. Ia katakan dirinya baik-baik saja, segera bangkit mengambil tas kainnya, lalu cepat berjalan pulang.
Mbokde Ponem tak tahu kalau aksi jatuhnya Darto tadi disengaja. Darto tak tahu lagi bagaimana cara menolak pemberian Mbokde Ponem tadi. Bukan karena tak enak rasanya karena sayur bobor bayam memang favoritnya. Tapi karena bayamnya pemberian Mbah Karjo. Darto ingat sekitar seminggu lalu Mbah Karjo pernah bercerita padanya,
"Wah.. Mbah nggak tahu ini bencana atau apa, ya. Yang jelas, sejak sepiteng-nya bocor dan airnya meluber ke mana-mana, bayam di kebun belakang rumah Mbah jadi subur sekali daunnya..."
Bukan apa-apa dan memang sebenarnya tak apa-apa asalkan dicuci bersih bayamnya. Tapi Darto memiliki keputusan sendiri untuk menyikapinya.
--
kemil = jw. semacam hari keberuntungan
matur nuwun = jw. terima kasih
sepiteng = septic tank, tandon WC