Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Bayam

18 Mei 2019   11:59 Diperbarui: 18 Mei 2019   12:55 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
publicdomainpictures.net.

Darto tersandung sesuatu hingga jatuh tertelungkup. Tas kainnya terlempar jauh membentur pagar, mangkoknya terbuka paksa, sayurnya tumpah berceceran di rerumputan.

Mbokde Ponem kaget dan spontan menghampiri, menanyakan apakah keadaannya baik-baik saja, dan mengatakan akan mengganti sayurnya. Tapi Darto menolaknya. Ia katakan dirinya baik-baik saja, segera bangkit mengambil tas kainnya, lalu cepat berjalan pulang.

Mbokde Ponem tak tahu kalau aksi jatuhnya Darto tadi disengaja. Darto tak tahu lagi bagaimana cara menolak pemberian Mbokde Ponem tadi. Bukan karena tak enak rasanya karena sayur bobor bayam memang favoritnya. Tapi karena bayamnya pemberian Mbah Karjo. Darto ingat sekitar seminggu lalu Mbah Karjo pernah bercerita padanya,

"Wah.. Mbah nggak tahu ini bencana atau apa, ya. Yang jelas, sejak sepiteng-nya bocor dan airnya meluber ke mana-mana, bayam di kebun belakang rumah Mbah jadi subur sekali daunnya..."

Bukan apa-apa dan memang sebenarnya tak apa-apa asalkan dicuci bersih bayamnya. Tapi Darto memiliki keputusan sendiri untuk menyikapinya.

--
kemil = jw. semacam hari keberuntungan
matur nuwun = jw. terima kasih
sepiteng = septic tank, tandon WC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun