Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anomali Logika Ujung Tombak Milenial Prabowo dalam sebuah Talk Show

16 April 2019   21:41 Diperbarui: 16 April 2019   22:11 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(www.publicdomainpictures.net)

Hari Minggu sore 7 April 2019 sekira pukul 15-an, saya menyaksikan sebuah talkshow   menarik di televisi. Acaranya di RTV. Host-nya Michael Tjandra. Sang host berbincang-bincang dengan tiga bintang tamu. Ada dokter Gamal Albinsaid,  Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, dan Nadea Lazuardani Zahra. Ketiganya mewakili tim milenial kubu 02. Dokter Gamal juru bicara Prabowo-Sandi, Saraswati politisi Gerindra, Nadea Zahra dari Partai Berkarya.

Tidak perlu diragukan lagi, mereka tentu memiliki narasi-narasi hebat tentang calon pemimpin yang mereka usung. Nadea Lazuardi, misalnya, menarasikan Pak Prabowo dengan cukup bombastis. Ia mengatakan,

"Pak Prabowo itu titik terbesarnya ada di kharismatiknya ya. Jadi Pak Prabowo itu membawa dua energi kebesaran dari dua putra terbaik bangsa. Pertama Pak Sukarno dan Pak Suharto. Senyumnya Pak Prabowo itu membawa senyum Pak Suharto."

Sejujurnya, telinga saya kurang akrab dengan sebutan "Pak Sukarno" dan "Pak Suharto" itu. Karena lazimnya salah satu pahlawan proklamator itu disebut Sukarno, Bung Karno, atau Pak Karno. Kalau presiden ke-2 RI itu biasa disebut Suharto atau Pak Harto. Tapi saya mencoba mengabaikan itu, berusaha memahami esensinya saja dan mengagumi ekspresi keyakinan di wajahnya.

Narasi senada tentu saja dinyatakan oleh kedua wakil milenial lainnya. Narasi bombastis bentuk kekaguman pada sosok yang dipuja. Okelah. Semacam itu sesi seriusnya. Sesi berikutnya yang berupa kuis merupakan sesi santai, tapi justru yang utama. Dan sesi kuis inilah yang membuat saya ingin menuliskannya.

Sesi kuis yang saya saksikan adalah sesi tanya jawab. Ketiga bintang tamu diberi kertas untuk menjawab pertanyaan dari host. Dan, pertanyaannya saat itu adalah di kota mana dan kapan Pak Prabowo dilahirkan. Ketiganya pun sibuk mencoretkan pena di atas kertas. Logikanya, pertanyaan itu paling mudah bagi mereka. Mereka ring satu bagi capres 02,apalagi Saraswati yang jelas keponakan sang capres malah bisa dikatakan ring 0. Ibarat ditanya tempat-tanggal lahir bapaknya sendiri.

Namun, ternyata tidak semudah perkiraan Ferguso. Saat ketiganya diminta menunjukkan jawabannya, semuanya berbeda. Saya kurang ingat tepatnya, tapi yang jelas antara Nadea dan Saraswati menuliskan tahun yang berbeda, satu 1961 yang satunya lagi 1962. Sementara dokter Gamal yang cerdas dan ganteng belum mau menunjukkan jawabannya, masih sibuk menghitung entah apa. Maka dengan senyum dikulum sang host pun  memberikan jawabannya: Jakarta 17 Oktober 1951.

Maka tertawalah kedua wanita cantik itu. Entah apa arti tawa mereka. Saraswati malah nyeletuk kalau dia mungkin keliru menulis tanggal lahir papanya. Sang host pun kembali tersenyum. Tapi saya heran. Bagaimana mungkin mereka, tim milenial kubu 02 tidak tahu tanggal lahir capres yang mereka idolakan dan mereka sanjung setinggi gunung? Bahkan tahun lahirnya saja meleset jauh. Artinya mereka tidak sadar kalau capres yang mereka usung itu sudah tua, jauh lebih tua dari yang mereka kira. Tapi itu positif. Karena berarti sang capres terlihat awet muda. Ehem. Tapi ini belum lucu.

Yang agak lucu, Mbak Saraswati pun ternyata tak ingat tahun lahir papanya sendiri. Karena sang ayah, Bapak Hashim Djojohadikusumo lahir tahun 1955, bukan 1962 atau 1961. Yang lahirnya tahun 1961 itu capres 01. Baik, untuk menghormati masa tenang, ulasan bagian ini saya cukupkan di sini dulu.

Terakhir, dan ini menurut saya paling lucu, adalah jawaban dokter Gamal Albinsaid. Sampai sang host mengatakan jawaban yang benar dan membahas jawaban kedua bintang tamu cantik tadi, si dokter ganteng belum mau menunjukkan jawabannya. Dan.... akhirnya beliau pun menunjukkan jawabannya. Tak ada angka di sana. Artinya tak ada tanggal, tak ada tahun. Tak ada nama tempat juga. Karena jawabannya (seingat saya) adalah tulisan berbunyi "Rasa kenal pada seseorang tidak bergantung pada tanggal lahir". Ini jawaban paling CERDAS se-alam semesta yang pastinya diperoleh dengan cara MIKIR. Dalam hal ini Cak Lontong gak ada apa-apanya, mikirnya kalah jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun