Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Lenong Bukan Khas Betawi

4 Agustus 2016   14:01 Diperbarui: 4 Agustus 2016   14:22 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Citra Si Pitung dan jagoan Betawi lain yang kasar dan bermulut comberan kepada para penjahat dalam setiap lakon lenong itu BUKAN citra para pahlawan panutan Betawi yang sesungguhnya. Masyarakat Betawi justru tidak menyukai citra yang seperti itu. Citra tokoh lenong seperti itu hanya mengingatkan masyarakat Betawi pada sosok Basuki yang diklaim "Jamal Al Arabi" dan teman-temannya sebagai citra pemimpin yang zalim.

Ini bukan tentang almarhum Basuki alias Mas Karyo dalam sinetron "Si Dul Anak Sekolahan", melainkan Basuki si Gubernur Petahana yang WNI keturunan China. Ada alat musik China dalam gambang kromong pengiring lenong. Jadi, saya nggak cuma asal ngomong. Bahwa lenong itu khas Basuki, ini fakta yang siapapun bisa memverifikasi.

By the way, jangan diambil hati. Saya hanya bercanda. Karena menurut situs portal resmi Provinsi DKI Jakarta di atas tadi, Suku Betawi adalah: penduduk asli Jakarta dengan ciri utamanya mempergunakan bahasa Betawi sebagai bahasa ibu, tinggal dan berkembang di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Terbentuk sekitar abad ke-17, merupakan hasil dari CAMPURAN beberapa suku bangsa seperti Bali, Sumatera, China, Arab dan Portugis.

Ada Arab dan juga China dalam komponen campurannya. Bukti bahwa sejak dulu Betawi memang suku Bhinneka Tunggal Ika. Sudah mempraktikkan toleransi sejak lama. Maka kalau ada isu SARA dalam Pilkada, kalau bukan orang gila, pasti orang luar yang meniupkannya. Kecuali memang ada masyarakat Betawi yang terjebak fenomena "kacang lupa akan kulitnya."

Kita semua paham bahwa DKI Jakarta bukan hanya Betawi saja. Banyak etnis lain yang memijak bumi dan menjunjung langit Jakarta. Tapi lenong tetap harus dipertahankan eksistensinya sebagai milik DKI. Jangan sampai (sebagian) masyarakat Jakarta tidak mau lagi mengakui lenong sebagai bagian dari budaya mereka hanya karena "intonasi dan genre dialognya" identik dengan pihak yang haluan politiknya berbeda.

Memang menarik untuk mempertanyakan kembali, benarkah lenong itu khas Betawi? Karena ada sebagian masyarakat yang mengaku Betawi justru tak suka jika karakter jagoan/pahlawan dalam lenong ada di dunia nyata membela mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun