Mohon tunggu...
Gia Safitri
Gia Safitri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Seorang siswi SMA yang gemar merangkai kata. Pemimpi yang handal, serta pemalas sejati. Banyak hal yang ingin dicapai, tetapi enggan memulai.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cermin: Gelap

19 September 2022   21:04 Diperbarui: 19 September 2022   21:09 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gadis itu terbangun dari tidur lelapnya. Keringat mengucur dari dahinya, tampak jelas raut kepanikan dari wajah cantiknya. Tangannya yang gemetar mencoba untuk meraih segelas air dari atas nakas. Lalu meminumnya dengan perlahan.

Napas gadis itu terdengar tidak beraturan. Mimpinya barusan membuatnya sangat ketakutan. Mimpi itu terasa begitu nyata untuknya. Apakah benar itu mimpi ... atau sebuah kejadian nyata?

Gadis itu menggeleng kuat, mencoba berpikir positif---yang setidaknya dapat menenangkan dirinya. Ia kemudian meletakkan kembali gelas yang airnya sudah tinggal setengah. Kemudian mendekap lututnya dan menenggelamkan wajah di dalamnya.

"Mari ikut aku ...!"

Bisikan itu mulai terdengar lagi, membuat ia refleks mendongakkan kepala. Matanya yang tajam bergulir menatap keadaan kamarnya yang  untungnya masih sama.

Namun, tatapan was-was dari matanya tidak dapat disingkirkan. Ia semakin mendekap lututnya kencang. Takut-takut hal yang tidak diinginkan terjadi.

Hawa dingin mulai dirasakan karena angin luar semakin kencang sementara jendela yang tadinya terkunci malah terbuka entah bagaimana. Tatapan gadis itu menelisik jendela yang terbuka, seolah-olah ada sesuatu yang tidak ia ketahui di sana.

Gadis yang rambutnya terlihat sangat berantakan itu beranjak, memberanikan diri untuk melangkah mendekati jendela dan menutupnya. Tubuhnya merinding yang diakibatkan karena kedinginan. Saat ia ingin kembali ke ranjang setelah mengunci jendela lampu kamarnya tiba-tiba saja padam.

Gadis itu berteriak histeris. Bukan hanya karena lampu yang padam, tapi juga karena ada sosok bayangan hitam lewat di depan matanya. Entah itu memang nyata atau hanya sekedar halusinasinya. Namun, dirinya sangat takut dan ingin semuanya segera berakhir.

Kakinya mulai melangkah, tangannya merayap ke dinding mencari keberadaan sakelar lampu kamarnya. Akan tetapi, saat ia hampir saja menemukannya, bisikan itu kembali terdengar. Membuat gadis itu menjatuhkan diri ke lantai. Lalu, kembali mendekap lututnya.

"Mari ikut aku ...!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun