Mohon tunggu...
Anggia AP
Anggia AP Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Plegmatis & Ambivert

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menikah Asal

19 Agustus 2016   16:01 Diperbarui: 19 Agustus 2016   16:20 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikah untuk menghasilkan keturunan yang cerdas via ayobuka.com

Siapa, sih yang tidak ingin menikah? Setiap manusia pasti ingin menyatukan dua hati menjadi satu dalam sebuah mahligai pernikahan. Menikah memang tidak harus melulu berpatokan pada usia, asal keduanya telah memiliki kemampuan dan kematangan, ya lakukan saja. Menikah itu pilihan ;)

Menikah itu awet-awetan bukan buru-buruan! Menikahlah asal sudah siap!

Iri lihat si ani nikah, lalu dengar kabar lagi kalau si anu dan si ana juga mau nikah, terus ujung-ujungnya jadi kebelet minta dinikahin pula. Eh tapi karena masih labil jadinya minta cerai juga karena tidak sanggup menghadapi masalah rumah tangga yang berat. Upps.. nikah itu bukan buru-buruan ya, tapi awet-awetan! Nekat menikah tanpa adanya persiapan yang matang sama seperti menghadapi ujian tanpa belajar. Hasilnya apa, hancur ‘kan?!

Usia ideal kematangan menikah

Nikah di usia muda memang melahirkan pro-kontra. Dimana diketahui bahwa umur yang relatif muda dipandang belum siap dari segi mental dan ekonomi. Seperti yang dilansir dari buku kesehatan, bahwa pada umumnya kematangan alat reproduksi wanita terjadi pada usia diatas 20 tahun. Sementara untuk laki-laki usia ideal yang tepat untuk menikah, yaitu diatas 25 tahun. Tidak jauh berbeda dengan hasil riset National Marriage Project’s 2013 di Amerika Serikat yang menunjukkan, persentase tertinggi kehidupan pernikahan yang memuaskan adalah mereka yang menikah di usia 20-28 tahun.

Dipandang dari sudut agama

Agama tidak melarang untuk menikah muda, karena menikah diyakini bisa menghindari perbuatan zina. Iya, kalau masalah yang satu ini setuju. Mengingat banyaknya kaum muda yang hobi berpacaran, terkadang hilang kendali sampai melakukan hubungan seks di luar nikah.

Sehubungan dengan hal tersebut, patut dipertimbangkan juga seperti mental dan masalah finansial. Apa mampu menahan godaan teman-teman sekitar yang masih menawarkan indahnya pergaulan masa muda yang masih ingin eksis dan bersenang-senang? Yakin sudah bisa menafkahi keluarga secara mandiri? Apa bisa di usia yang seharusnya memperluas pergaulan dan asyik mencari ilmu sebanyak-banyaknya, malah harus dirundung masalah rumah tangga? Itulah sekelumit hal yang benar-benar harus dipikirkan kembali ketika ingin menikah muda. Ingat agama memang tidak melarang, tapi perluas sudut pandangnya jangan hanya dari sisi agama saja.

Ketika nikah muda menjadi trending topic

Nikah muda dipelopori oleh beberapa public figure tanah air, salah satunya yang sedang ramai diperbincangkan dengan statement yang lagi populer,“Nikah muda biar halal”, siapa lagi kalau bukan anak pertama ustadz kondang yang memutuskan menikah muda di usia 17 tahun. Banyak yang bertanya-tanya, bagaimana nanti ia menafkahi istrinya, sedangkan ia saja masih bersekolah? Untungnya dari pihak orangtua si pemuda ini memang berkecukupan, jadi bisa menyokong biaya pernikahan putranya tersebut. Walaupun katanya pemuda ini ada penghasilan dari berjualan, tetapi tetap saja itu merupakan limpahan dari orangtuanya agar ia yang meneruskan. Sesungguhnya memulai dari “0” itu lebih sulit daripada yang tinggal meneruskan *dalil saya sendiri.

Menikah adalah salah satu cara untuk menghalalkan yang bukan mahramnya dan juga menghasilkan keturunan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun