Mohon tunggu...
Bilgi
Bilgi Mohon Tunggu... Petani - penikmat kopi

Hiburlah hatimu, siramilah ia dengan percikan hikmah. Seperti halnya fisik, hati juga merasakan letih. (Ali bin Abi Thalib)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kita, Sebuah Pertempuran Hati

10 November 2021   07:49 Diperbarui: 10 November 2021   07:56 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita adalah hati
Kita adalah cinta yang pernah saling mencari
Pernah saling mencaci
Pernah menyalakan api
Pernah menyimpan benci
Juga pernah saling menyakiti

Kita adalah
Diri kita sendiri
Dalam tempat paling sunyi

Namun waktu mengajarkan banyak kepada kita
Tentang kemungkinan juga tentang kebutuhan
Aku yang butuh disakiti, mungkin.
Kamu butuh menyakiti.
Atau sebaliknya

Kamu membutuhkan dicinta
Aku butuh mencinta.
Kamu ingin ditemani, aku butuh menemani.
Atau sebaliknya
Sama rasa butuhnya sepertimu.

Telah lama manusia berjalan
Telah jauh kita melangkah
Begitu saja iramanya
Sampai kita lelah lalu sadar dengan sendirinya

Masihkah kita akan saling mencari lagi?
atau kita cari saja diri kita sendiri.
Atau kita alihkan saja sebagian energi untuk menghias bijak hati?

Jika memang harus. apa bedanya dengan salah satu dari kita pergi.
Jika dengan begitu kita masih dapat membenci dan menyukai
Hingga tak lagi mencari cari

Apakah kita diciptakan hanya untuk menyimpan benci?
Sampai sebenci bencinya lalu mencintai benci itu sendiri.

Kerap cinta berhadap hadapan dengan dua opsi
Yang tak bisa kita ingkari
Karena dirimu ada dalam diriku dan diriku ada dalam dirimu.

Mungkin jeda sejenak merentang jarak
Merupakan ketukan ajaib dalam ramai suara hati.
Hingga siap kita kembali
Hingga tak ada ego lagi
Hati kadang memang tak pasti. namun kita butuh kepastiannya

Jika sendiri berarti sepi
Dan berdua berarti bahagia
Masihkah perlu kita ambil jeda. Aku pikir perlu dicoba, namun dalam hati saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun