Mohon tunggu...
Bilgi
Bilgi Mohon Tunggu... Petani - penikmat kopi

Hiburlah hatimu, siramilah ia dengan percikan hikmah. Seperti halnya fisik, hati juga merasakan letih. (Ali bin Abi Thalib)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perjalanan Rindu

10 Oktober 2021   22:42 Diperbarui: 11 Oktober 2021   06:25 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bungamawar. Pixabay.com

Masih dengan malam yang sama, malam itu hujan kembali membasuh bumi, bersamanya rinduku tersirami.

bercampur hujan, haus rasa rindu pun sedikit terobati. kubiarkan rinduku menari dibawah hujan.

namun ia larut, kuyup, mabuk dalam tarian, kedinginan, ia luntur, hanyut terbawa hujan, kubiarkan.

Sehingga Rindu menjadi air, mengalir, membasahi tanah, menyirami tanaman, sebagian tumbuh menjadi bunga, merah, ungu, kuning, beragam warnanya.

sebagian menyatu bersama sungai-sungai, menjelajah jauh ke muara, laut, samudra, pantai,  sebagian lagi terangkat bersama awan, menjadi gerimis, Dan kembali menjadi hujan, Menebarkan rindu yang berulang. Seperti malam ini.

Namun, kali ini, rindu yang dulu, telah menemui rindu yang lain. Ia telah membasuh rindunya yang mekar disekuntum bunga, merah, ungu, kuning, beragam warnanya.

Saat ini aku tak ingin melihat warnanya, karena melihatnya hanya membuat aku semakin rindu saja.

Haruskah aku pergi ke muara, ke pantai, laut, samudra, sama saja. Seperti aku melihat awan. Seperti aku melihat hujan. Lebih baik kulihat tembok yang tak beragam warnanya. Biar mati, Rindu ini.

10.10.2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun