Mohon tunggu...
Bilgi
Bilgi Mohon Tunggu... Petani - penikmat kopi

Hiburlah hatimu, siramilah ia dengan percikan hikmah. Seperti halnya fisik, hati juga merasakan letih. (Ali bin Abi Thalib)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terperangkap Mimpi

7 Oktober 2021   01:21 Diperbarui: 7 Oktober 2021   01:24 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih disini
Masih memungut serpihan wangi yang kau umbar didingin ruang berselimut remang.
Menyebar sejuta binar, sebelum lelap, kita terkapar.

Masih melekat segar, warna mawar yang terlempar, buyar, dari dinding tabir suci, bermahkota ukiran melingkar yang kuberi, Menanda isyarat sakral pengikat janji.

Disini aku larut dalam gamang, tertarik tarik bayang, dalam dimensi takbertepi, aku tak sempat berpikir lagi, hadirmu lebih dari fantasy.

Namun ternyata ini ilusi, Sekejap senyap lalu pergi menyusul nafas nafas yang berlari, tinggalkan kusendiri.

Apakah engkau masih disini, kuusap hati dengan belati, kuajak ia menari, Agar kau mengerti betapa perih terperangkap mimpi, karenamu.

07102021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun