Mohon tunggu...
Bilgi
Bilgi Mohon Tunggu... Petani - penikmat kopi

Hiburlah hatimu, siramilah ia dengan percikan hikmah. Seperti halnya fisik, hati juga merasakan letih. (Ali bin Abi Thalib)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bidadari yang Hilang

26 September 2021   02:34 Diperbarui: 26 September 2021   20:37 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption sa win tun pixels

Orang-orang memangilku kepo, padahal aku tidak kepo, mungkin karena nama lengkapku kepompong, lalu dipanggil kepo. tapi tak mengapa, masih wajar menurutku.
Tubuhku mungil, lembut, bersarang kaku, tapi aku bersyukur terlindung dari pemangsa diluar yang ganas dan buas.

Ketika pagi tiba terasa hangat tubuhku, rumahku kadang berayun seperti gempa saat angin kencang menerpa.
Tempat tinggalku masih sangat alami.
Namun dirumahku gelap tanpa jendela, hanya pentilasi udara.

Setiap malam aku berhayal, rumah yang pengap ini akan ku pasangi ac, ku buat pintu dan kupasangi jendela- jendela kaca dengan terali besi, Agar aku dapat melihat bidadari dengan sayap warna warni, yang setiap malam setia mengunjungi dan memberiku sebiji gandum dan secangkir madu.

Bidadari baik hati itu selalu kurindu, aromanya wangi.
Sayapnya indah, ia sering mengunjungiku , tak peduli cuaca sedang hujan atau badai, ia pasti datang menghiburku. sering aku berkeluh kesah kepadanya. tentang aku yang bertubuh mungil, tentang namaku, tentang rumahku, tentang orang-orang yang menjauhiku, bahkan tentang orang yang ingin memangsaku.

Bidadari bersayap warna-warni itu, adalah malaikat bagiku, pemberi semangatku. Sampai aku bertannya tanya, hatinya terbuat dari apa? Kenapa bisa selembut salju dan setulus ibu.

Dia sudah kuanggap keluarga dekatku, karena hanya dia yang selalu mengunjungiku, Selain sering membawa makanan ia juga suka mengajakku berbicara menghabiskan waktu berjam-jam hingga larut malam. Sampai aku lupa jika aku adalah ulat kepompong yang terbungkus kaku.

Ia kerap bercerita tentang indahnya terbang melintasi samudra, melintasi kebun kebun, hinggap pada ranting, hinggap pada bunga, memetik anggur, memeras madu, menikmati aroma harum serta merekahnya kembang-kembang, meyaksikan indahnya dedaunan lembab berselimut embun ketika hujan berlalu.

Selain cerita indah, ia juga bercerita tentang duka selama terbang dan mengarungi samudra diluar sana.
Bahkan ia pernah hampir celaka, saat ia asyik terbang melintasi kebun bunga, ternyata ada jaring laba-laba, ia nyaris menabrak jaring. Beruntung refleknya masih bagus hingga ia dapat menghindar cepat dan beruntung ia terhindar dari perangkap para pemangsa.

**
Hari ini, tak seperti biasanya, bidadari bersayap warna warni, belum nampak mengunjungiku, aku bertanya tanya. Sambil sesekali melirik lewat celah dinding rumah yang sekarang mulai rapuh.

Perutku mulai lapar. Tenggorokkan pun kering.
Dua hari aku menunggu, diluar hujan mulai turun, perutku semakin lapar, dinding-dinding terasa dingin diterpa hujan, sesekali tubuhku ikut tergoncang, karena derasnya angin.

Kini diluar cuaca sedang hujan badai, petir bersahutan menggelegar, menerbangkan daun-daun, mematahkan ranting ranting. 

Rasa takut, rasa khawatir, haus serta lapar. bercampur menjadi satu.  Aku khawatir, takut terjadi apa-apa dengan bidadari yang sampai kini belum juga nampak. 

tak banyak yang dapat kulakukan. Didalam lapar dan hausku. Ku teguk air hujan bercampur air mata, Ku libas dengan doa.
"Semoga ia baik-baik saja" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun