Ketujuh, upayakan swasunting setelah menulis
Banyak yang berpikir untuk tidak melakukan editing karena tugas editor. Hal ini kurang tepat. Penulis yang baik tidak akan membiarkan editornya kerja ekstra untuk memperbaiki naskahnya. Di titik inilah profesionalitas penulis terlihat.Â
Teramat disayangkan bukan, jika tulisan sudah kita susun sedemikian rupa, tertolak atau enggan dibaca hanya karena tata bahasa, penulisan, dan tata letak yang kurang baik?
Bagi kita yang baru memulai, mulailah berkawan akrab menjelajahi EBI, KBBI, dan tata bahasa dalam sebuah buku yang memiliki editing yang baik.Â
Selesai menulis, coba endapkan tulisan kita beberapa saat agar tidak terpengaruh 'euforia' selesai menulis. Setelah mulai bisa obyektif melihat sesuatu, cobalah mulai mengedit. Dari mulai kerapian dokumen, pengecekan pengetikan (typing), tata bahasa, dsb. Juga periksa apakah ada data yang salah, penulisan nama dan gelar yang salah?
Kedelapan, the power of consistency
Banyak penulis yang memulai karirnya dari menulis diary. Perlahan-lahan, tetapi konsisten.Â
Juga, ada seorang penulis yang bercerita, "Saya memulai perjalanan ini dengan membiasakan menulis satu kalimat setiap hari."
Lalu, mengutip petuah Gertrude Stein, seorang sastrawan Amerika, "Menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis..."
Konsistensi akan membuahkan perkembangan yang signifikan, insyaallah. Coba bandingkan tulisan pertamamu nanti dengan tulisan ke-30. Amat jauh perbedaannya, bukan?
Kesembilan, unggah ke media sosial, minta saran dari kerabat, sesama penulis, atau bahkan konsultan atau mentor menulis