Mohon tunggu...
Ghofar Ismoyo Aji
Ghofar Ismoyo Aji Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah satu tanda bahwa manusia masih berpikir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Iklim Merdeka di Ruang Kelas

3 Mei 2023   16:54 Diperbarui: 3 Mei 2023   17:08 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekolah merupakan tempat peserta didik menimba ilmu pengetahuan. Sekolah menjadi salah satu tempat terpenting untuk menumbuhkan bakat dan minat siswa agar mereka tumbuh sesuai dengan kodratnya. Ki Hajar Dewantara pernah menyampaikan bahwa aktifitas pendidikan itu terjadi di keluarga, sekolah dan pergaulan pemuda. Ketiga hal ini disebut Tri Pusat pendidikan. Sekolah menjadi salah satu dari Tri Pusat itu.

Berbicara tentang sekolah tentu tidak akan lepas dari membicarakan guru dan siswa. Guru adalah pamong bagi siswa, tugas guru adalah momong, among, ngemong peserta didik. Guru yang baik adalah guru yang mampu merawat peserta didik dengan penuh kasih sayang (momong),memberi contoh tanpa harus memaksa/mengambil hak anak (among), mengamati, merawat dan menjaga agar anak mampu mengembangkan dirinya (ngemong).

Tempat pertemuan guru dan murid di sekolah adalah kelas, di tempat inilah pembelajaran & pendidikan berlangsung. Sebelum pembelajaran di mulai guru di kelas harus mampu memetakan cara belajar setiap anak dengan menggunakan assesmen diagnostik di awal waktu sebelum pembelajaran berjalan. Hal ini agar memudahkan guru untuk menentukan cara dan metode pembelajaran yang pas dan mampu mengakomodir cara belajar dari setiap anak. 

Penggunaan asesmen diagnostik diawal seharusnya memudahkan guru untuk menyusun pembelajaran yang menyenangkan dan mampu menerapkan prinsip berdiferensiasi, dimana guru memahami bahwa di dalam kelas terdapat peserta didik yang beraneka ragam cara belajarnya, dari sinilah muncul usaha untuk mencari cara memahamkan materi kepada anak sesuai dengan cara belajarnya. 

Ada peserta didik yang cara belajarnya visual yang menuntut guru untuk menyajikan gambar atau foto yang berkaitan dengan materi pembelajaran, ada peserta didik yang auditori yang menuntut guru untuk menyajikan suara dalam pembelajaran, ada peserta didik yang kinestetik yang menuntut guru untuk mampu memahamkan peserta didik dengan gerakan-gerakan tertentu dalam pembelajaran. Hal ini tentu sebuah terobosan dalam memecah kebuntuan pembelajaran yang terjadi di kelas, karena bagaimanapun kurikulumnya dan sebaik apapun administrasi gurunya apabila cara mengajar di kelas tetap monoton tentu hasilnya akan sama saja. 

Sebagaimana Albert Einsten pernah menyampaikan bahwa "Kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda."  Pendidikan di sekolah sudah berjalan beberapa dekade, dan sudah berganti beberapa kurikulum tapi ruhnya akan terasa sama apabila guru sebagai ujung tombak pelaksana kurikulum tidak berubah dan berbenah.

Ruang kelas harus digarap sedemikian rupa agar kemerdekaan siswa di kelas bisa terjamin. Guru tidak boleh hanya mengajar satu arah dan tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan feedback. Kondisi begini dalam pandangan Paulo Freire disebut pendidikan gaya bank (banking education), dimana guru hanya menganggap murid sebagai celengan, murid hanya menerima materi dari guru dan kemudian di hafal serta diulangi dengan patuh. 

Tanpa ada aktifitas berfikir kritis, kebebasan bergargumen dan tidak ada aktifitas dialog antara guru dan murid. Maka oleh sebab itu iklim kelas harus dirubah menjadi kelas yang terbuka dan tempat berfikir.

Ruang kelas harus mampu menjadi solusi dari permasalahan yang terjadi di kehidupan peserta didik sehari-hari, sehingga pembelajaran harus bersifat kontekstual dan bermakna. Tidak hanya belajar yang penuh dengan hafalan dan monoton.
 Guru harus mampu mengubah paradigma lama menuju paradigma baru, sekarang guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu. Internet dan HP sudah menyediakan materi pembelajaran yang beraneka ragam, guru sekarang dituntut mampu mengimplementasikan kemampuan pedagogiknya untuk mendorong dan mengarahkan peserta didik agar mereka mampu tumbuh sesuai dengan bakat dan minatnya.


Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar
Sejak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat Kurikulum Merdeka, terjadi beberapa perubahan dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini tidak sekedar dalam hal materi pelajaran tapi dalam hal perubahan mindset bagi guru.

Kemendikbud mengeluarkan Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang menuntut guru agar mampu belajar mandiri dan mampu berkolaborasi dengan rekan guru untuk mendiskusikan strategi pembelajaran di kelas. Dengan PMM ini guru pun saling berlomba untuk membuat aksi nyata ataupun praktik baik. Hal ini tentu sesuatu yang baik karena dengan membuat aksi nyata maupun praktik baik guru secara tidak langsung membuat karya yang berdasar pada merdeka belajar dan mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun