Dari semua artikel yang disediakan google tentang Gutel, ada artikel menarik yang mengulas Gutel sebagai panganan yang sering sekali dijadikan bekal sejak dahulu hingga saat ini. Bekal  sangat identik dengan sesuatu yang dibawakan saat seseorang pergi dalam waktu lama, biasanya berupa makanan.Â
Jika dilihat dari ukuran Gutel yang berbeda-beda ini juga memiliki peruntukannya masing-masing, untuk ukuran Gutel yang lebih besar biasanya digunakan oleh para  pemburu saat melintasi hutan dalam waktu berhari-hari. Sedang ukuran yang lebih kecil dijadikan makanan ringan untuk menahan lapar ketika musim berume (bersawah).
Alasannya sangat simpel jika ditanya mengapa Gutel yang sering kali dijadikan bekal? Â Selain karena pembuatannya yang mudah, makanan berbahan baku tepung beras ini dapat dapat dijadikan sebagai pengganti nasi karena Gutel cukup membuat rasa kenyang setelah makan makanan ini.Â
Selain itu bentuknya yang kecil dan simpel sehingga tidak repot jika dibawa dalam perjalanan dan cara menyantapnya pun tidak membutuhkan alat apapun seperti mangkuk atau senduk.Â
Panganan bekal perang ini dapat bertahan  hingga 1 bulan lamanya walaupun tidak menggunakan bahan pengawet.  Hal ini yang menyebabkan makanan khas masyarakat Suku Gayo ini dahulunya digunakan sebagai bekal untuk perjalanan jauh bahkan untuk berperang.
Dari salah satu artikel koran nasional juga disebutkan bahwa sejak jaman penjajahan, Gutel merupakan makanan andalan pejuang di Tanah Gayo. Saat pemberontakan DI/TII yang dipimpin Tgk. Ilyas Leube yang bergerilya keluar masuk hutan. Para pejuang geriliya asal Gayo kerap dibekali keluarga dan warga kampung dengan Gutel.
Wujud kecintaan si pembuat Gutel tak jarang membuat para pejuang menangis ketika didapati kiriman makanan ini dari sanak keluarganya. Bahkan setiap kali para pejuang perang hendak mengkonsumsi Gutel maka akan selalu diiringi dengan air mata saat memperhatikan bekas cengkeraman jari tangan sang pembuatnya.
Sumber :
Hardianti, Dian. Gutel Gayo, Upaya Masyarakat Kecamatan Permata Dalam Memperlihatkan Makanan Tradisional. Skripsi S1. Banda Aceh; Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry.
Wibowo, Agus Budi, dkk. 2007. Tradisi Makan dan Minum Pada Masyarakat Petani Gayo. Banda Aceh; Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional.