Mohon tunggu...
Ibn Ghifarie
Ibn Ghifarie Mohon Tunggu... Freelancer - Kandangwesi

Ayah dari 3 anak (Fathia, Faraz dan Faqih) yang berasal dari Bungbulang Garut.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saatnya Menyembelih Sifat Kebinatangan

19 Juli 2021   20:23 Diperbarui: 19 Juli 2021   20:37 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hikmah Terbesar
Ketika dengan keikhlasan Ismail siap melakukan kurban sebagimana dikehendaki Allah SWT. Berarti Ibrahim telah memenangkan Jihad Akbar, melawan rasa egoisme dirinya. Tetapi, Tuhan Maharahman, sesudah nyata kesabaran serta ketaatan Ibrahim dan Ismail, maka Allah melarang beliau menyembelih Ismail, selanjutnya untuk meneruskan kurban, Allah menggantikannya dengan seekor kewan sembelihan (kambing).

Peristiwan ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji. Dan binatang sembelihan itu merupakan simbol bagi usaha manusia untuk mendekatkan diri (takarub) sesuai dengan kandungan makna yang terdapat dalam istilah "kurban" itu sendiri. Bahkan lebih dari itu. Ibadah kurban yang dilaksanakan di tempat-tempat yang jauh dari Tanah Suci, seperti di Indonesia berfungsi tidak hanya untuk 'Taqarruh Ila Allah" dekat kepada Allah, tetapi juga "Taqarrun Ila An-Nas' saling dekat dan akrab di antara sesama manusia. Dalam riuh rendah "(pasca)reformasi" Taqarruh Ila An-Nas inilha agaknya semakin sirna dari diri kita, sehingga justru semakin saling menjauh, menista dan berpecah belah.

Ibadah kurban yang dalam pengalaman Nabi Ibrahim ini merupakan salah satu bentuk dari suatu Jihad Akbar. (Hasan M. Noer [ed], 2001;315-318)

Simbol Penyembelihan
Peristiwa kurban pada mulanya merupakan tradisi masyarakat pagan. Demi meraih kebahagiaan diri sendiri, para tokoh--atas nama Tuhan-- melakukan pembunuhan manusia sebagai bentuk pengorbanan kepada Tuhan.

Kejahatan kemanusiaan model ini harus dihentikan. Tanpa menghilangkan tradisi itu, Allah Swt, melalui Nabi menyerukan praktik pengorbanan tersebut diganti dengan penyembelihan hewan yang memberi manfaat bagi kesejahteraan sosial. Maka, kurban dalam ibadah haji adalah simbol perjuangan manusia mewujudkan solidaritas sosial-ekonomi demi kesejahteraan bersama.

Rasyid Ridha menyatakan ibadah kurban melambangkan perjuangan kebenaran yang menurut tingkat kesadaran, ketabahan dan pengorbanan yang tinggi. Pandangan ini mengajak kita untuk menaruh perhatian yang tinggi kepada dimensi moral dan dan perjuangan kemanusiaan.

Semuanya harus diperjuangkan demi keadilan dan kesejahteraan sosial. Keberpihakan Islam terhadap komunitas muslim miskin (dimiskinkan) oleh struktur sosial merupakan komitmen utama Islam.
Menyembelih hewan adalah menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang menyesatkan, yang sering kali tidak peka dan tidak peduli terhadap penderita orang lain. (Husein Muhammad, 2016:42-43).

Mari kita evaluasi diri kita: adakah berhala di sekitar kita? Ibrahim telah 'korbankan' Ismail. Apa 'Ismail' kita di tahun ini? Mari kita sembelih semua berhala tersebut. Mari kita deklarasikan pesan moral lakon Ibrahim dan Ismail.

Selain Dia, semuanya hanya berhala. Yang kita kurbankan bukan sekedar domba, sapi, kerbau, kambing, tapi berhala yang bisa memalingkan kita dari-Nya, seperti hawa nafsu dan sifat binatang kita. Yang kita sembelih adalah kebanggaan dan arogansi kita terhadap harta, keturunan, gelar, dan jabatan. Semuanya nothing dibanding kebesaran-Nya.

Mereka yang selepas Iduladha masih menyombongkan diri, pada hakikatnya belum berkurban meneladani Ibrahim dan Ismail. (Nadirsyah Hosen, 2019:19)

Untuk mengorbankan, menyembelih sifat-sifat kebinatangan pada diri manusia. Ada sifat kebinatangan pada kita. Apa misalnya, Bi? Rakus, angkuh, mau menang sendiri. Korban itu. Sembilan itu. Iya kan? Di sisi lain, dengan korban yang disebutkan ini tadi, melalui itu kita membantu orang lain. Karena itu, sembelihlah korban, berikan kepada yang butuh. M. Quraish Shihab dan Najwa Shihab, 2019:78-79).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun