Mohon tunggu...
Ghery Helwinanto
Ghery Helwinanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Librarian

Membaca memiliki banyak tujuan seperti mencari arah ke tempat tujuan, mencari arti dari suatu kata, mencari penjelasan dari suatu kejadian, dan lain-lain. Membaca juga tidak melulu soal buku, bisa juga koran, majalah, artikel ilmiah, artikel berita, peta, kamus, hingga bibliografi.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

3 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Memulai Cerita Fiksi

13 April 2023   19:44 Diperbarui: 4 September 2023   08:31 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Waktu nyari tips menulis cerita, yang aku dapetin malah sakit kepala lantaran susahnya nemu tips menulis yang benar-benar ngebantu aku dalam menulis cerita. Ada yang bilang sebaiknya jangan memulai cerita dengan ini, jangan memulai cerita dengan itu, namun itu semua hanya larangan supaya aku ngga keluar jalur. Tapi, apa gunanya kalau aku sendiri berjalan di atas wilayah yang kosong? 

Akibatnya, banyak banget ide cerita yang aku tulis dan akhirnya aku delete karena ngga tahu gimana cara bercerita dengan benar. Aku sadar betul kalau cerita seharusnya bukan soal protagonis yang bangun tidur, mandi, ganti baju, dan memulai hari dengan berangkat sekolah, lalu diikuti dengan kejadian krusial.

Perilaku sehari-hari seperti sikat gigi, kumur-kumur adalah adegan penting kalo diceritakan dengan benar, tapi siapa yang mau membaca cuma untuk melihat kegiatan sehari-hari yang sebenernya bisa diskip langsung ke kegiatan yang krusial atau penting dalam perkembangan cerita? Selain membosankan itu juga tidak begitu penting apabila tidak ada korelasinya. 

Maksudku dengan "korelasi" adalah ketika hal yang diceritakan itu tidak ada hubungannya sama sekali di halaman-halaman di bagian belakang setelah adegan itu. Sah-sah saja bila sang karakter melakukan kegiatan sehari-harinya seperti sikat gigi. 

Tapi lebih bijak bila pada halaman sekian setelah adegan sikat gigi itu, ditemukannya racun yang membunuh sang karakter  atau berhubungan dengan kejadian krusial yang lain di halaman belakang. 

Hal itulah yang aku maksudkan dengan perilaku sehari-hari yang masih berhubungan atau masih ada korelasinya dengan halaman-halaman buku di belakang. Tapi ada-ada saja waktu saya membaca di wattpad atau di sebuah novel yang menambahkan adegan yang seharusnya bisa diskip. 

Mungkin penambahan adegan tersebut dapat memperpanjang cerita kamu, tapi percayalah itu kadang ngga dibutuhkan. Ada bagian lain yang pastinya lebih perlu kamu perhatikan alih-alih menambahkan adegan yang tidak perlu.

1. Aspek Manusia

Aspek manusia sangat penting bagi awalan cerita, khususnya untuk menarik pembaca agar tetap terus melakukan apa yang dilakukannya (membaca). Aspek manusia tentu saja dapat mengenai karakter protagonis yang jatuh cinta, mengalami depresi, dan lain-lain. 

Dengan kata lain, kamu perlu untuk membuat pembaca merasa terhubung dengan karakter melalui aspek manusianya karena dengan demikian pembaca memiliki alasan untuk tetap membalik halaman cerita yang kamu tulis. 

Misalnya, karakter protagonis adalah seorang yang memiliki trust issue, atau sering mengalami bullying, atau memiliki peristiwa yang ada kaitannya dengan kehidupan kita sebagai manusia pada umumnya.

2. Foreshadowing

"Trick to writing good fiction is giving readers a reason to keep turning pages. Our goals is to tantalize them with the promise that good things are yet to come. One of the best ways to accomplish this is with foreshadowing." -- K.M. Weiland.

Dari pernyataan itu, dapat dipahami bahwa foreshadowing bertujuan untuk memberikan janji bahwa sesuatu akan segera datang. Sesuatu tersebut dapat berupa bermacam-macam, seperti penjahat yang akan segera ditunjukkan, atau petunjuk dari misteri kematian dari seorang karakter, atau kejadian memilukan yang akan segera terjadi. 

Dari foreshadowing, pembaca hanya dapat mengetahui sedikit pertanda bahwa sesuatu akan segera datang. Remah-remah roti yang bertebaran dalam cerita itu nantinya akan memberikan nice payoff berupa kue yang besar di akhir cerita. 

Oleh sebab itu, aku kadang agak kurang setuju waktu ada orang yang selalu bilang "mana plot twistnya" waktu membaca cerita misteri. Faktanya petunjuk-petunjuk mengenai hal yang akan terjadi, sebetulnya ada di awal-awal cerita. 

Tentu saja payoff dari foreshadowing inilah yang seringkali dinamai plot twist dalam konteks cerita misteri. Justru sangat tidak masuk akal bila mana tiba-tiba plot twist tidak mengikuti petunjuk kecil yang sudah disediakan di dalam cerita. Cerita perlu mengalir dan bukan berisi adegan yang ditambah-tambahkan. 

Foreshadowing membuat kita tetap terus membalik halaman cerita. Penulis novel misteri bisa saja memberikan petunjuk-petunjuk yang salah atau dalam hal ini disebut sebagai Red Herrings. 

Tapi aku bakal bahas Red Herrings di lain waktu. Intinya, foreshadowing bisa diterapkan di berbagai genre. Dan oleh karena foreshadowing bertugas untuk memberikan janji tercapainya suatu hal di halaman belakang buku, maka perlu dipahami bahwa sangat dibutuhkan adanya korelasi antara petunjuk yang ada di awal untuk kemudian ditunjukkan di beberapa halaman setelah petunjuk itu disampaikan. 

Misalnya, ada seorang protagonis yang memiliki sikap dingin terhadap perempuan yang statusnya lebih rendah dari dirinya, namun di suatu kondisi sikap itu berubah menjadi hangat pada seorang perempuan saat sang perempuan yang pernah menerima sikap dingin itu mencoba untuk bunuh diri dan protagonis menggagalkan peristiwa itu pada beberapa halaman setelah adegan yang menunjukkan sikap dinginnya kepada perempuan itu.  

Itu hanyalah sedikit contoh dari foreshadowing dan kalian bebas menentukan  bagaimana foreshadowing dipakai dengan catatan adanya hubungan sebab foreshadowing bertugas memberikan janji untuk ditepati di beberapa halaman setelahnya.

3. Prolog

Salah satu hal yang paling sulit dalam menulis cerita adalah dengan menulis awalan cerita. Di sisi lain, dalam menulis awalan cerita perlu untuk mengetahui cara untuk menyeimbangkan antara membuat cerita bergerak maju dan membuat pembaca tetap mengerti banyak hal penting mengenai detail-detal mengenai latar belakang cerita. 

Sangat penting bagi pembaca untuk mengetahui apa yang terjadi, dan siapanya siapa. Deskripsi yang terlalu banyak sebaiknya disisihkan saat berada di awalan cerita waktu kamu masih mencari tahu mengenai ceritamu. Kalau kamu memang butuh penjelasan untukmu sendiri sebaiknya jangan ditulis di awal cerita. 

Sedikit tips, kamu bisa menulisnya di lembaran kosong lain. Setelah itu, kamu bisa memutuskan apa yang dibutuhkan untuk ditulis di dalam ceritamu dan mana yang tidak perlu ditulis.

"Never afraid to include information that you know is vital but you're also likely to be surprised by how much info you can safely cut without miring the reader and instant confusion" -- K.M. Weiland.

Itu saja sementara yang aku bisa bagikan di artikel kali ini. Semoga artikel ini membantu.

Referensi: 

https://www.helpingwritersbecomeauthors.com/use-foreshadowing-to-keep-readers/

https://www.helpingwritersbecomeauthors.com/strengthen-your-story-with-proper/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun