Mohon tunggu...
Ghoziyah
Ghoziyah Mohon Tunggu... Lainnya - فإذ فرغت فانصب

Berkata tanpa suara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cermin, Berkata Tanpa Suara untuk Negeri

28 November 2020   01:09 Diperbarui: 28 November 2020   01:11 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dikutip dari Wikipedia bahwa Cermin adalah permukaan yang licin dan dapat menciptakan pantulan bayangan benda dengan sempurna.

Untuk mendapatkan bayangan yang sempurna, maka cermin memerlukan sebuah energy. Maka, Cahaya adalah salah satu bentuk energy untuk cermin, yang tanpa cahaya maka sebuah benda takkan terlihat.

Dan cermin itu sendiri terbuat dari beberapa komponen. Maka, semua komponen ini bersatu membentuk sebuah cermin. Namun, hanya sabuah cahaya yang kita butuhkan untuk bisa melihat maanfaat sebuah cermin ini.

Menurut kutipan di kompas.com bahwa jumlah penduduk dunia pada tahun 2020 mencapai 7,7 miliar orang. Diperkirakan pada tahun 2030 akan tumbuh mencapai 8,5 miliar penduduk dan pada tahun 2050 mencapai 9,7 miliar penduduk.

Pertanyaan disini adalah, seberapa banyak manusia di bumi yang mengerti hakikat cermin untuk sebuah Negeri?

Mengetahui pengertian cermin dan segala komponen-komponennya adalah hal biasa, apalagi oleh cendekiawan Bumi. Namun, seberapa banyakkah orang yang sadar khususnya untuk pemuda negeri, bahwa di bagian pelosok sana, terdapat sebuah tempat yang manusia-manusia nya selalu memberi tanpa pamrih, yang selalu datang dengan senyuman dan bukan untuk lari dan pergi membawa hasil bumi keluar negeri. Ambisi terbesar mereka bukan untuk hal pribadi melainkan untuk syahid dan mempertahankan Negeri Pribumi.

Ya,Indonesia mempunyai 34 provinsi, dan kekayaan alam bumi. Namun masih banyak polemic polemic  dalam negeri. Dari bencana alam yang benar-benar alami sampai bencana yang dibuat oleh tangan manusia itu sendiri. Bukan hanya dari Alam, tapi mungkin dari petinggi itu sendiri.Ya, mungkin itu sudah sunnatan illahi.

Tapi, bukankah sudah cukup menyadarkan kita wahai penerus penjaga aset bumi untuk segera bercermin? Peran apa yang sudah kita berikan untuk bumi dan Negeri wahai pemuda pemudi?

Ingatlah wahai diri bahwa untuk bercermin, kita membutuhkan satu energy, energy cahaya yang membuat kita melihat seberapa jelas bayangan kita pada bumi.

Wahai para penggerak negeri, jika engkau tak ingin terus seperti ini, maka tak ingatkan engkau pada berapa banyak ulama yang dipenjara dan tak terlihat dunia oleh mata karena penjara bawah tanah menghalangi namun pantulan cerminnya sampai saat ini diserap oleh bumi karena cahaya dalam jiwa yang tak pernah mati.

Maka, masih ingatkah engkau wahai pewaris warisan para nabi pada Assarkhasi yang menulis kitab Al Mabstuth 15 jilid di dalam penjara bawah tanah, pada Ibnul Qayyim yang masih sempat menulis Zaadul Ma'ad ketika safar, dan pada qurthuby yang menjelaskan shahih muslim diatas kapal.

Wahai Penerus Negeri, Bercerminlah untuk kembali membangkitkan Negeri ini dengan cahaya iman dalam diri dengan taufik ilahi.

#MerdekaIndonesiaku#BangkitIndonesiaku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun