Mohon tunggu...
Ghassani Zatil Iman
Ghassani Zatil Iman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just a girl who loves to write about everything

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Little Misfortune, Saat Anak Menjadi Korban Keluarga Disfungsional

12 Januari 2022   19:01 Diperbarui: 16 Januari 2022   21:41 2508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"This is Misfortune. She's a wonderful child from a not so wonderful family. The sad part is... today is the day she will die"

Di masa modern ini, saat kita telaah di berbagai sosial media nampaknya ada banyak sekali orang yang mengaku bahwa dirinya memiliki keluarga disfungsional. Atau yang sering dikatakan oleh orang-orang dengan kata 'Broken Home'. Namun sebetulnya apa yang dapat didefinisikan sebagai keluarga disfungsional? 

Menurut The McGraw-Hill Concise Dictionary of Modern Medicine, keluarga disfungsional didefinisikan sebagai keluarga dengan banyak konflik internal dan konflik eksternal.

Hal utama yang perlu diingat tentang definisi ini adalah bahwa ada banyak pengaruh negatif, dan mereka mempengaruhi kebutuhan dasar. Inilah yang membedakan keluarga disfungsional dengan keluarga lainnya. 

Dalam keluarga disfungsional, tidak ada aspek-aspek keluarga sehat, dimana terdapat aturan yang jelas dan konsisten didalam keluarga, saling menghormatinya antar anggota keluarga, orangtua memberi pengasuhan kepada anak-anaknya, semua anggota keluarga merasa aman dan tentram serta diberikannya tanggung jawab kepada anak sesuai dengan usianya.

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terbentuknya keluarga disfungsional, baik dari faktor orangtua, anak maupun anggota keluarga lainnya. 

Orangtua abusive sendiri menjadi salah satu faktor tersering penyebab terbentuknya keluarga disfungsional, baik oleh kedua orangtua maupun hanya oleh salah satu orangtua saja ataupun hubungan orangtua yang terlalu dominant-submisive, dimana salah satu pasangan lebih dominan dibanding yang satunya hingga persaingan antar saudara kandung. 

Selain itu, orangtua yang terlalu mengontrol atau justru kelewat lembut sehingga menjadikan anak semena-mena juga dapat menjadi salah satu faktor penyebabnya ataupun juga adanya gangguan kepribadian dalam anggota keluarga. 

Tak hanya dari faktor internal, faktor eksternal seperti peristiwa dalam kehidupan yang tidak beruntung misalnya trauma, pemecatan dari pekerjaan, perceraian dan kematian, nilai budaya dan lingkungan serta penyalahgunaan alkohol dan narkoba juga dapat berperan dalam terciptanya keluarga disfungsional.

Berdasarkan keepyourchildsave.org, dinamik dari keluarga disfungsional terdiri dari: yang pertama adalah "keluarga konflik kronik", yaitu ketika setiap anggota keluarga berdebat dengan yang lain dengan cara yang berbahaya dan meninggalkan luka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun