Mohon tunggu...
Ghania Zhafira
Ghania Zhafira Mohon Tunggu... Lainnya - XI MIPA 4 (14)

SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Sandiwara Pangeran Palsu: Resensi Novel "The False Prince"

3 Maret 2021   16:35 Diperbarui: 3 Maret 2021   17:13 2323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di akhir, ketika waktunya tiba, salah satu dari mereka yang dirasa paling sempurna akan dipilih untuk menjadi pangeran. Sage sadar bahwa hanya ada satu cara supaya ia bisa bertahan di dalam permainan yang penuh kebohongan dan kelicikan ini. Ia harus menjadi pangeran yang dipilih ... karena kalau tidak, dia akan dibunuh.

Ulasan Singkat

Secara keseluruhan, tanpa ada maksud untuk melebih-lebihkan, saya sangat menyukai buku ini. Buku ini bisa berada di urutan teratas dalam daftar novel fiksi yang saya sukai. Tema yang menarik, tokoh yang cerdik dan gigih, alur cerita yang kompleks dan tidak mudah ditebak, membuat saya tidak bisa berhenti membaca hanya di satu halaman saja.

Selalu ada bab-bab baru yang membuat saya penasaran akan kelanjutan ceritanya. Sejauh yang saya ingat, saya berhasil menyelesaikannya dalam kurun waktu sehari semalam saja. Ada banyak plot twist yang dapat saya temukan dalam novel ini, dan karakter utama yang cerdas serta pemberontak seperti Sage pun membuat daya tarik novel ini semakin meningkat.

Bagi saya, Sage adalah karakter yang sangat menarik meski bersifat manipulatif. Dia cerdas dan tidak akan membiarkan satu orang pun mengendalikan dirinya, bahkan sekalipun itu orangtuanya sendiri. Meski begitu, kadang sifat pemberontaknya itulah yang membuatnya sering terjebak dalam masalah.

"Yang aku tahu adalah dia tidak akan mendapatkan batu itu, bahkan jika nyawaku tergantung kepadanya." (The False Prince, hal. 154)

"Kalian berdua sangat tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh yang lain. Conner menginginkannya karena kau menginginkannya, dan kau menginginkannya untuk menentang Conner. Jika kau pikir pertengkaran ini membuktikan sesuatu, kau salah." (The False Prince, hal. 161)

Secara keseluruhan, bukan hanya Sage, namun seluruh tokoh yang berada di novel ini memiliki kisah dan daya tariknya sendiri, membuat saya mau tidak mau terkadang merasa bingung untuk menentukan siapa penjahat yang sebenarnya. Suasana menegangkan dan aura keserakahan para tokoh untuk berkuasa pun sangat terasa dari setiap dialognya.

"Veldergrath adalah orang terakhir yang ingin melihat Pangeran Jaron kembali. Kalau dia menemukan kita, kita semua akan mati." (The False Prince, hal. 248)

"Yang kuinginkan, Sage, supaya kau menuruti kehendakku. Jika aku menyuruhmu lompat ke jurang, aku mau kau meloncat. Jika aku menyuruhmu berenang ke laut dalam, aku mau kau berenang. Aku mau kesetiaan, hormat, dan kepatuhanmu." (The False Prince, hal. 154)

Kelebihan Buku

Dari segi penggunaan bahasa dan EyD, menurut saya tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Karena berlatar kerajaan, maka jenis bahasa yang digunakan disini cukup baku. Ejaan dalam novel pun juga tepat dan sesuai kaidah yang ada.

Dari segi alur, novel 'The False Prince' ini dikemas dengan alur yang menarik. Ada beberapa alur yang terasa maju-mundur untuk menambah bumbu-bumbu misteri dalam cerita, meski begitu cerita tetap dapat dimengerti dengan baik. Ditambah beberapa plot twist yang tidak terduga pada akhir bagian novel, membuat pembaca merasa seperti sedang menaiki roller coaster saat membaca novel ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun