Mohon tunggu...
Ghaitsa Ranawigena
Ghaitsa Ranawigena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Stay

Salam kenal dari Bogor Semoga bermanfaat "... Sabarlah dan kuatkan kesabaranmu...." QS 3:200

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tentang Bercerita

22 Oktober 2021   11:36 Diperbarui: 22 Oktober 2021   11:52 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ada saatnya setiap manusia butuh manusia lain untuk berbagi cerita. Memang bisa saja ia bermonolog untuk mengungkapkan perasaanya tapi, tidak seperti itu. Manusia perlu didengarkan dengan harapan ada respon, ekpresi dan perhatian dari pendengarnya.

Bercerita tentang kebahagiaan, kesedihan, kebingungan, rencana masa depan sampai soal harga diri yang dirasakannya. Apakah itu salah? Apakah itu wajar? Apakah boleh-boleh saja?

Sayangnya, tidak semua mengambil keputusan itu. Sebagian orang takut jika ceritanya merupakan aib yang jika sekali diungkapkan maka tanpa sepengetahuannya akan tersebar lebih luas lagi. Tidak semua mau bercerita, tapi bisa saja semua perlu bercerita. Memang semua tergantung pada mau dan tidak mau.

Sulit ya memahami diri sendiri pun sulit juga memercayai orang lain.

Uniknya terkadang orang lain lebih memahami kita daripada diri kita sendiri. Kenapa itu bisa terjadi? Karena orang itu sudah selesai dengan dirinya sendiri. Ia bisa memahami orang lain, minimal berdasarkan pengalaman dan dorongan hati nuraninya. Jika orang sudah paham tentang kita, itu bisa saja suatu hal yang berbahaya karena kita tidak bisa mejangkau diri sendiri apalagi menjangkau dirinya, padahal dia bisa menjangkau diri kita, bahaya, kan?

Siapa yang akan menolong diri kita selain diri kita sendiri?

Tapi ini bukan soal berprasangka dan tidak memercayai orang lain. Ini tentang diri kita sendiri. Bagaimana cara mencari solusi saat diri kita sendiri tidak bisa dipercaya oleh diri sendiri, harus bagaimana? Harus bagaimana mencari solusinya?

Minimal tema yang sering bermain atau megobrol bisa diajak diskusi tentang masalah yang kita punya. Itu kalua kita butuh solusi tapi jika hanya ingin mendengarkan bagaimana?

Saat sering ingin didengarkan cenderung ada harapan lain dalam diri kita agar respon yang diberikannya sesuai keinginan kita. Kurang ajar ya sudah minta didengarkan, saat responnya justru membuat kita tambah kecewa lantas kita marah. Hehehe

Sekali lagi ini tentang diri bukan orang lain.

Sulit sekali rasanya untuk memahami diri sendiri. Perjalanan Panjang, lebih sulit mencari alasan kenapa kita begini dan begitu. Tapi, jika inign mencari maka carilah, lewat apa saja. Meski dengan cara yang buka gue banget sekali pun. Jangan pernah malu dan bertanyalah kepada yang lebih tahu, yang pantas kita tanyai, yang dalam hati kita orang itu pantas menerima cerita kita, membuatnya lebih damai diterima.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun