Mohon tunggu...
Ghaitsa Ranawigena
Ghaitsa Ranawigena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Stay

Salam kenal dari Bogor Semoga bermanfaat "... Sabarlah dan kuatkan kesabaranmu...." QS 3:200

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tentang Diam

17 Oktober 2021   14:37 Diperbarui: 17 Oktober 2021   14:46 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Apa kebalikan dari diam?

Apakah banyak bicara?

Banyak bergerak? Atau tidak lagi berada diposisi yang sama? 

Bukankah itu artinya berubah? 

Jika tidak diam artinya berubah? Belum tentu.

Banyak sekali hal-hal yang bisa membuat diri tiba-tiba diam, tapi lebih banyak hal lain yang membuat diri lebih banyak bergerak, berkata dan berkomentar. Tentang apa saja, yang jelas semua hal tersebut mengganggu kehidupan sehingga tidak bisa diam.

Akan tetapi, terlalu banyak tidak diam juga membuat muak. Ditambah pada hal yang tidak perlu bereaksi, cukup diam saja semua akan selesai. Terlalu memaksakan jika terus bertingkah padahal hanya sebatas memuntahkan pikiran dengan alasan agar terarah, nyatanya hanya nafsu yang tembus sampai berdarah.

Kemana arah bicaranya tentang diam ini? Motivasi? Ekspresi? Argumentasi? Silakan simpulkan sendiri. Mungkin ini menjadi tulisan yang terkesan marah-marah.

Dalam perjalanan kehidupan manusia jika setiap detik langkah dan keputusannya ia sadari pasti akan menemuka suatu pola dalam dirinya. Dimana saat dia jenuh, saat dia marah, saat dia menyerah, saat dia putus asa, saat dia bersemangat, saat memiliki arah bertindak, saat dipengaruhi dan masih banyak lagi.

Dari pola itu dirinya akan tahu sampai batas mana jika nilai ketidakbaikan dalam hidupnya sedang ia lakukan, bisa ditoleran. Ada banyak kekhilafan manusia yang sering dianggap biasa padahal bisa saja membawa petaka. Mungkin tidak bagi dirinya tapi, bagi orang lain bagaimana? Apalagi jika mencakup lebih luas pengaruhnya.

Tidak sedikit fenomena diri yang tidak sadar ia lakukan justru merugikan orang lain. Sebut saja pada kasus diam tadi. Berkomentar. Apa saja dikomentari, baik ia suka, ia tidak suka, ia benci, bahkan hal yang tidak berhubungan dengan dirinya pun dikomentari, apa tidak membuat energi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun