Mohon tunggu...
Ghabara Muslim
Ghabara Muslim Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Agribisnis UMM 2017

Agribisnis UMM 2017

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pabrik Tempe Berpotensi Tingkatkan Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19

18 Juli 2021   20:10 Diperbarui: 18 Juli 2021   20:33 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempe adalah makanan tradisional khas Indonesia yang cukup dikenal di Dunia. Khususnya masyarakat Dlanggu dan sekitarnya, kami berpendapat bahwa sangat sedikit yang tidak tahu dan belum pernah mengkonsumsi makanan tersebut. Kami merasa rata-rata orang tahu dan pernah memakan tempe. Dibuktikan dengan data yang kami dapat ketika berkunjung ke pabrik tempe yang ada di desa Dlanggu. Produksi dalam sehari yang mencapai 4 kwintal kedelai dapat dihabiskan hanya pada beberapa pasar, yaitu pasar Dlanggu, Mlaten, Pandan. Ketiga pasar itu adalah kebanyakan penjualan. Besarnya permintaan terhadap tempe dipasaran dan adanya pabrik tempe di Dlanggu merupakan potensi yang baik bagi desa Dlanggu.

Pabrik tempe yang telah beroprasi selama 15 tahun tersebut memproduksi tempe dengan kualitas yang baik dan cita rasa nikmat berdasarkan pengakuan beberapa konsumennya. Tempe yang dipasarkan dalam keadaan selalu baru, menjadi factor utamanya. Bahan utama berupa kedelai yang baik dan diproses secara standar mampu dijaganya hingga sekarang. 6 karyawan yang bergerak dibagian produksi hingga pengiriman barang juga selalu dijaga produktivitasnya. Sumber daya manusia disana memiliki etos kerja yang baik. Mereka melakukan pekerjaan dengan teliti dan cekatan.

Limbah adalah ciri-ciri dari usaha pengolahan pertanian. Dalam hal ini, limbah dari pabrik tempe antara lain air cucian dan rebusan serta kulit ari kedelai. Limbah yang dihasilkan oleh perusahaan, selayaknya menjadi tanggung jawab perusahaan supaya tidak menimbulkan dampak negative bagi lingkungan. Pada kasus tersebut, kami menyoroti perilaku social yang baik. Perilaku tersebut bisa disebut symbiosis mutualisme atau hubungan saling menguntungkan. Tanggung jawab terhadap limbah pabrik tempe tersebut secara otomatis dapat dikurangi dengan adanya kebutuhan pakan ternak yaitu sapi. Pemelihara sapi seringkali berkunjung ke pabrik tempe ini untuk mengambil limbah dari pabrik tersebut. Sebagaimana limbah yang dimaksud bagi pabrik merupakan sumber makanan bagi sapi peliharaan warga. Keadaan tersebut tentunya baik karena tidak membahayakan bagi hewan ternak. Oleh karena itu potensi yang dimiliki desa Dlanggu adalah system social yang saling mendukung. Berbeda dengan kondisi di perkotaan yang lebih individual dan materialism. Tentunya lingkungan di desa seperti Dlanggu ini terasa lebih nyaman bagi kami.

Dokpri
Dokpri
Hampir sama seperti permasalahan sebelumnya. Pabrik tempe ini juga memiliki kendala utama yaitu harga bahan baku yaitu kedelai. Kedelai yang seluruhnya diperoleh dari import, memiliki harga yang tidak stabil dan cenderung meningkat seperti saat ini. Meningkatnya biaya produksi tempe tidak dapat diiringi dengan mudah dalam meningkatnya harga tempe. Mengingat masyarakat telah mengenal tempe sebagai makanan penghasil protein nabati yang murah. Dalam menyikapi kondisi seperti ini, pemilik pabrik tempe perlu memberikan inovasi terhadap produk tempe supaya tetap dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi. Salah satu inovasi yang sering dilakukan adalah dengan memperkecil ukuran tempe. Namun cara tersebut malah dapat mengurangi nilai dari produk itu sendiri. Pemilik pabrik tempe kemudian memikirkan bagaimana supaya dengan ukuran tempe yang lebih kecil ini tetap dapat menimbulkan minat dalam pembelian tempe. Muncullah ide untuk mengemas produk tempe dengan daun pisang. Dengan pemberian kemasan yang baru tersebut, tempe dengan ukuran lebih kecil tetap mendapat tempat dihati pelanggan. Selain inovasi pada pengemasan, pabrik tersebut juga memproduksi tempe yang berbeda dari biasanya. Tempe tersebut dapat diproses secara lebih cepat, namun biaya produksi lebih mahal karena memerlukan proses perebusan 2x. Pemilik pabrik mengakui bahwa keuntungan dari kedua jenis tempe tersebut adalah sama. Namun dengan adanya variasi produk yang bertambah, akan menambah perhatian baru dari pelanggan.

Dokpri
Dokpri
Pabrik tempe yang cukup besar dan memiliki produktivitas tinggi menjadi potensi bagi perkembangan ekonomi di desa Dlanggu. Banyak masyarakat yang dapat mengambil manfaat dari adanya pabrik tersebut. Seperti karyawan yang dapat pekerjaan, pemelihara sapi yang mendapat pakan, dan tentu saja pedagang tempe yang dapat dengan mudah memperoleh tempe dengan kualitas baik untuk dipasarkan. Mengamati dari potensi tersebut, pabrik tempe ini dapat berkembang secara lebih baik kedepannya dan terus memberikan manfaat bagi lebih banyak orang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun