Di beranda,
ia mengutuk malam yang meleleh,
dihantam pucuk-pucuk cahaya dari tenggara,
ada terdengar derai hujan Â
dan deru badai di selatan
"Ini musim yang asing, tuanÂ
tak perlu kau sesali dalam perih duri-duri mawar "
Di beranda
ia tahu angin timur akan datang lagi sesaat
menawan pusaran dendam dan rindu yang laknat
"Beri aku arak yang paling mabuk,Â
akan kubakar kenangan-kenanganÂ
dan cinta yang dibalut khianat"
Di beranda, waktu seakan menepi
hanya sepasang kursi menjadi saksi bisu
lelaki yang dirajam rindu itu
mengucap pisah pada kenangan
lalu sepi,Â
hanya sepi
Kupang, 17/01/19
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!