Mohon tunggu...
Gusty Fahik
Gusty Fahik Mohon Tunggu... Administrasi - Ayah dan pekerja. Menulis untuk tetap melangkah.

I'm not who I am I'm who I am not (Sartre)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sepasang Kursi di Beranda

17 Januari 2019   07:51 Diperbarui: 17 Januari 2019   07:56 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di beranda,
ia mengutuk malam yang meleleh,
dihantam pucuk-pucuk cahaya dari tenggara,
ada terdengar derai hujan  
dan deru badai di selatan

"Ini musim yang asing, tuan 
tak perlu kau sesali dalam perih duri-duri mawar "

Di beranda
ia tahu angin timur akan datang lagi sesaat
menawan pusaran dendam dan rindu yang laknat

"Beri aku arak yang paling mabuk, 
akan kubakar kenangan-kenangan 
dan cinta yang dibalut khianat"

Di beranda, waktu seakan menepi
hanya sepasang kursi menjadi saksi bisu
lelaki yang dirajam rindu itu
mengucap pisah pada kenangan

lalu sepi, 
hanya sepi

Kupang, 17/01/19

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun