Mohon tunggu...
Gusty Fahik
Gusty Fahik Mohon Tunggu... Administrasi - Ayah dan pekerja. Menulis untuk tetap melangkah.

I'm not who I am I'm who I am not (Sartre)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menulis Kematian

16 Januari 2019   19:33 Diperbarui: 16 Januari 2019   19:48 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata-katamu mengetuk layar hapeku, pagi sekali

"Seorang pelacur telah membuang bayinya ke dalam cerpen yang kutulis semalam.

Maukah kau adopsi bayi yang hampir mati itu ke dalam kepalamu?" 

Ah pelacur malang, kenapa kau kirim bayimu ke tangan tukang jagal jahanam itu, sementara kepalaku 

telah melahirkan terlalu banyak bayi yang sebagian mati tak terurus?

Adakah penyesalan untuk setiap kematian yang dengan enteng kau ciptakan di dalam cerita-cerita yang terus mengalir dari kepalamu?

Sedang di luar, kematian adalah permainan nasib yang kadang menuntut terlalu banyak alasan. Seperti kematian gadis-gadis miskin 

yang jenazahnya kembali dengan banyak bekas jahitan,

mereka mati di negeri yang jauh, tempat mimpi surga pernah dilabuhkan

Kata-katamu terus mengetuk layar hapeku,

aku merasakan kehidupan kian terdesak,

dan kau setia menulis kematian dari sudut yang entah

Kupang, 16/01/19

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun